Oleh : Dinda Khoirun
Nisa
Mahasiswi FEBUHAMKA
Saat ini tengah
marak berita tentang "all eyes on rafah". Dalam bahasa Indonesia All
eyes on rafah memiliki arti semua mata tertuju pada Rafah. Rafah merupakan kota
di bagian selatan Jalur Gaza Palestina
yang saat ini dilanda perang.Banyak penduduk kota Palestina melarikan diri
setelah mendapat serangan berulang kali oleh Israel.
Selain itu,
Rafah digunakan sebagai pintu masuk bantuan kemanusiaan berupa bantuan
makanan,obat-obatan dan juga kebutuhan lainnya sebelum Israel menyerang kembali
di wilayah tersebut. Kota di Jalur Gaza selatan ini merupakan titik penting
bagi para pengungsi dan satu-satunya kota yang melintasi perbatasan dengan
Mesir. Selama terjadi serangan Gaza oleh israel, Kota Rafah pula dijadikan tempat melarikan
diri dan berlindung dengan mendirikan tenda-tenda yang mereka bangun.
Namun pada
tanggal (26/05/2024) tepat hari minggu, Israel menyerang kamp atau tempat perlindungan sementara di
kota rafah yang disebut Tas as-sultan, serangan tersebut dilakukan melalu
serangan udara. Serangan udara tersebut telah menyebabkan banyaknya korban jiwa
yang sangat besar, dengan total setidaknya 45 orang tewas, menurut Kementerian
Kesehatan yang dikelola oleh Humas.
Harus diakui
bahwa dampak dari serangan israel terhadap Rafah sangat merugikan bagi warga
Palestina, dimana terdapat sekitar 1,5 juta orang di Rafah yang sulit untuk di
evakuasi karena adanya penutupan salah satu rumah sakit besar di Rafah yaitu
Rumah Sakit Abu Yousef al-Najjar juga sangat menghambat transportasi bantuan
kemanusiaan, selain itu masyarakat Palestina juga tidak memiliki tempat untuk
berlindung lagi, karena dapat dikatakan bahwa Rafah merupakan tempat terakhir
bagi mereka untuk berlindung.
All Eyes On
Rafah "Semua Tertuju Pada Rafah" kalimat tersebut bukanlah pandangan
yang biasa. Kalimat tersebut dapat mengandung arti pengakuan bersama atas
semangat dan tekad masyarakat Palestina dalam menghadapi sikap laknat Israel.
Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakatnya tidak terpaku pada kesulitan yang
dialami. Namun sebaliknya, mereka memilih untuk menaruh harapan dan menciptakan
masa depan yang dijanjikan.