Oleh : Rizky Dwi Utami
Mahasiswa FEB Uhamka
Maraknya kasus LGBT (lesbian, gay,
biseksual, dan transgender) di berbagai belahan dunia membuat banyak kalangan
merasa ini adalah suatu hal yang esensial. Sejatinya setiap penyimpangan adalah
salah, sama halnya dengan LGBT. Namun mereka beranggapan bahwa penyimpangan ini
bukanlah suatu pelanggaran, melainkan salah satu wujud dari hak asasi manusia. Penyimpangan seksual ini mungkin saja terjadi
karena faktor internal seperti kelainan hormon, namun dibandingkan dengan
faktor internal penyimpangan ini justru lebih banyak terjadi karena faktor
eksternal. Faktor Eksternal itu bisa saja karena kondisi lingkungan pertemanan,trend
atau pergaulan bebas, namun faktor utamanya tak lain tak bukan adalah kurang
tepatnya pendidikan pertama anak yaitu orang tua.
LGBT umumnya tidak terjadi secara alamiah,
namun terjadi karena adanya penyebab dan pemicu yang membuat hal ini sangat
mudah terjadi di sekitar kita. Pemicu seperti lingkungan pertemanan yang buruk
atau konten pornografi homoseksual yang mudah diakses di sosial media membuat
LGBT sangat mudah tersulut karena adanya faktor penyebab seperti faktor
psikologi yang dialami oleh seseorang. Orientasi penyimpangan ini disebakan
oleh faktor pengasuhan orang tua yang kurang baik, apalagi di era global ini
banyak orang tua yang lebih mementingkan karirnya. Pengasuhan yang buruk itu
pengasuhan dengan kurangnya waktu, kurangnya kasih sayang, perhatian, rasa
saling menghargai dan komunikasi yang terjalin dalam sebuah keluarga. Keegoisan orang tua dan
belum siapnya mereka menjadi orang tua yang baik membuat
hal ini semakin memburuk, seringkali orang tua salah langkah dalam membimbing
anak. Dengan pengasuhan itulah kondisi psikologi anak mudah terserang dan
akhirnya mencari kesenangan dan kasih sayang dari orang lain.
Perselisihan, pertengkaran, dan pertikaian
merupakan indikasi dari
ketidakharmonisannya sebuah keluarga yang tidak luput menjadi penyebab utama
dari penyimpangan ini. Hilangnya peran seorang ayah sebagai ayah yang mencari
nafkah dan melindungi keluarga atau seorang ibu sebagai ibu yang memberikan
kelembutan setiap waktu. Minimnya pendidikan agama, moral dan etika yang
diberikan orang tua juga menjadikan anak kehilangan arah. Penyimpangan pun
dapat terjadi karena adanya kekerasan secara verbal maupun non verbal yang
dialami sang anak dan memberikan pengalaman tarumatik pada ingatan anak. Oleh
karena itulah jangan pernah siap menjadi orang tua ketika kita belum bisa
berusaha menjadi orang tua yang baik.
Pencegahan yang dapat kita lakukan sebagai
orang tua ada lima diantaranya, pertama, luangkanlah waktu sebanyak mungkin untuk
memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, serta menjalin komunikasi yang baik
agar hubungan antara orang tua dan anak saling memahami dan orang tua mengerti
apa yang sedang dialami anak. Kedua, pilih dan waspadailah lingkungan rumah dan
pergaulan anak dengan selalu mengawasi anak ketika sedang atau setelah bermain.
Ketiga, ciptakan keluarga yang harmonis dengan pasangan dengan cara bertukar
pikiran ketika terjadi perselisihan. Keempat, berilah pemahaman agama, moral,
etika dan berikanlah pemahan atau edukasi seks bagi anak. Kelima, tingkatkan
kualitas diri menjadi lebih penting ketika efek globalisasi mulai terasa dekat,
bisa dengan mulai dengan mengontrol emosi maupun ikut kelas parenting.
Kita harus lebih peka dan sadar dengan apa
yang terjadi di sekitar kita, apakah itu baik untuk keluarga ataukah lebih baik
mencari lingkungan lain yang kebih kondusif untuk ditinggali. Peran orang tua
menjadi sangat penting dalam situasi global yang kita hadapi sekarang ini.
Orang tua harus bisa mengasuh, membimbing, mendidik dan mendampingi anak dan
memenuhi hak-hak mereka. Dan menurut saya sangat penting membekali mereka ilmu
agama karena dengan keimanan dan keyakinan itulah mereka akan memilih jalan
hidup mereka. Namun perlu digaris bawahi bahwa setiap anak itu unik, oleh
karena itu peran orang tua disini hanya sebatas mengarahkan memberikan dukungan
dan bimbingan, bukan untuk memaksakan apalagi menghakimi anak.