Farits Alhadi merupakan alumni Pendidikan Biologi Uhamka angkatan
2008, kemudian ia melanjutan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hasratnya sebagai seorang peneliti membawanya pergi ke berbagai belahan wilayah
di Indonesia untuk melakukan penelitian tentang herpetologi dan konservasi
herpetofauna di Indonesia.
Zhangixalus faritsalhadi sendiri merupakan salah satu spesies katak dalam genus Zhangixalus, yang merupakan bagian dari keluarga Rhacophoridae (katak pohon). Spesies ini ditemukan di Indonesia, dan dinamai Zhangixalus faritsalhadi sebagai penghormatan kepada Farits Alhadi karena telah memberikan kontribusi signifikan dalam penelitian amfibi dan reptil di Indonesia.
Maryanti Setyaningsih selaku Kaprodi Pendidikan Biologi FKIP
Uhamka mengatakan untuk mencantumkan nama author (penemu) pada suatu
spesies membutuhkan waktu dan proses yang panjang, karena harus memahami dasar
taksonomi dan ciri dari setiap spesies yang diteliti agar tidak menimbulkan
kesalahan identifikasi spesies baru tersebut.
“Pada umumnya, nama yang dicantumkan pada suatu spesies
dipersembahkan sebagai penghormatan kepada penemu spesies tersebut. Tentu dalam
menentukan spesies baru, peneliti itu harus benar-benar memahami dasarnya agar tidak
keliru dalam mengidentifikasi,” katanya.
Ia juga mengapresiasi Farits yang dapat menjadi seorang
ilmuwan/peneliti yang berangkat dari seorang pendidik. Maryanti harap,
kontribusi besar Farits dalam bidang herpetologi bermanfaat bagi ilmuan lainnya
dan juga dalam dunia herpetologi.
“Meskipun berangkat dari bidang pendidikan, ini mampu menunjukkan
bahwa Farits juga dapat menguasai ilmu murni dengan menjadi seorang peneliti.
Namanya akan terus dikenang dalam hasil temuannya sebagai seorang ilmuan, yaitu
Zhangixalus faritsalhadi. Semoga karya ini terus menjadi manfaat
berkepanjangan bagi dunia herpetologi di dunia,” tuturnya.
Gufron Amirullah Dosen Pendidikan Biologi FKIP Uhamka turut
menyampaikan Farits merupakan sosok yang gigih dalam menekuni dunia herpetologi.
Karena sulitnya akses dan perubahan habitat yang sering terjadi menjadi
tantangan tersendiri bagi seorang peneliti herpetologi.
“Sebagai dosen pengampu, saya dapat melihat kegigihan itu dalam
diri Farits. Saat saya menandatangani surat rekomendasi studi lanjutnya ke IPB
saat itu, ia telah mendalami berbagai riset tentang herpetologi dan
konservasinya,” ujar sosok yang juga menjadi Ketua LPPM itu.
Selain
meneliti berbagai amfibi dan reptil, Farits juga telah menerbitkan sebuah karya
buku berjudul Amfibi Pulau Jawa tentang sebuah
panduan identifikasi bergambar yang di dalamnya terdapat 45 jenis amfibi,
dengan informasi berupa nama umum (bahasa Indonesia, Inggris dan nama ilmiah),
deskripsi karakter morfologi yang dilengkapi dengan gambar, habitat dan sebaran
di Pulau Jawa.