Apakah Tidur termasuk Toxic Productivity?

Minggu, 18 Agustus 2024 | 12:18 WIB Last Updated 2024-08-18T05:18:00Z

  


Oleh : Gadis Setia Rahayu

Mahasiswa FEB Uhamka

 

Orang-orang sangat mengagungkan bahwa dengan kita melakukan banyak kegiatan yang produktif bakal keren terutama di kalangan mahasiswa. Contoh nyatanya banyak mahasiswa yang memaksa dirinya supaya menjadi lebih produktif dengan mengikuti berbagai kegiatan di dalam kampus maupun di luar kampus, tanpa mengetahui batasan dirinya sendiri. “Aku harus ikut kegiatan supaya produktif dan gak boleh buang-buang waktu," ucap mereka. Kita berpikir kalau tidak produktif kita menjadi merasa bersalah. Merasa bersalah karena belum mencapai kesuksesan orang lain, dan sebagainya.

 

Menurut saya pribadi, istirahat pun itu termasuk produktif. Karena istirahat dapat merecharge energi kita dan mampu sayang sama diri kita sendiri. Terkadang, kita tidak bisa membedakan mana yang produktif sehat dan produktif yang tidak sehat. Kita merasa kalau tidak ada kegiatan, ada perasaan bersalah dengan diri kita sendiri. Saya tersadar bahwa ketika kita tidak istirahat, itu dapat menurunkan tingkat produktivitas. Jadi, tidak masalah ketika kita istirahat sebentar supaya recharge energi kita kembali.

 

Jadi sekarang saya beranggapan bahwa istirahat termasuk produktif juga. Selain itu juga, menurut saya pribadi stop toksik dengan diri sendiri. Kita harus bisa membedakan kapan produktif dan kapan kita sayang dengan diri sendiri. "Duh hari ini ngga ngapa'in gue" "hari ini cuma ngelakuin tiga, padahal bisa lebih" Ucap si paling produktif. Menjadi seseorang yang produktif memang baik, tetapi ketika seseorang terlalu produktif akan menjadi bumerang kepada dirinya sendiri.

 

Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari toxic productivity. Yang pertama, Strategy down timeStrategy down time adalah kamu bisa menerapkan waktu istirahat 1 hari dalam seminggu untuk ubah mindset kamu yang harus selalu produktif. Kedua, Set limit sosmed. Melihat sosial media menjadi kita dalam fase tidak tenang liat kemajuan orang lain yang membuat diri kita merasa tidak melakukan apa-apa, fokus dengan hal-hal yang bikin kita bahagia. Ketiga, lakukan single tasking. Kalian harus punya prioritas setiap harinya. Contohnya ketika kalian punya prioritas di hari libur, jangan coba-coba menambahkan prioritas lain.

 

Sadar kalau kamu bukan robot. Jangan FOMO (fear of missing out) ketika kamu merasa tertinggal jauh dengan orang lain. Membuat skala prioritas mana kegiatan yang benar-benar urgent dan mana yang tidak. Perlu diingat juga bahwa kesehatan mental dan fisik sama pentingnya dengan produktivitas. Mental sehat, prestasi lebih baik.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Apakah Tidur termasuk Toxic Productivity?

Trending Now

Iklan

iklan