Kabarpendidikan.id Prof. Dr. Sumiyadi, M.Hum. telah dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu Pendidikan Sastra Bandingan dengan angka kredit 1.090,20 oleh Prof. Solehuddin selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Kampus UPI Bandung Rabu, (5/6).
Prof.
Sumiyadi merupakan akademisi, peneliti, dan pendidik kelahiran Bandung 20 Maret
1966 yang telah mendapatkan SK jabatan Fungsional Guru Besar dari Kemendikbud Ristek
No. 45208/M/07/2023 telah ditetapkan di Jakarta 21 Agustus 2023 oleh Mendikbud Ristek
RI Nadiem Anwar Makarim.
Dalam
orasinya berjudul Dari Sastra Bandingan ke Riset Berbasis Sastra, Prof
Sumiyadi menyampaikan, sastra bandingan
adalah studi sastra di luar batas satu negara dan studi tentang hubungan antara
sastra di satu sisi, dan bidang pengetahuan dan kepercayaan. Pembatasan
tersebut dilandaskan pada dua mazhab sastra bandingan, yaitu mazhab Prancis dan
mazhab Amerika.
Kajian
sastra bandingan di Indonesia pada awal perkembangannya cenderung mengikuti
mazhab Prancis, seperti yang dilakukan oleh Jassin dalam buku Chairil Anwar
Pelopor Angkatan 45 (1983; cetakan pertama tahun 1956).
Kajian sastra bandingan mazhab
Prancis dengan menitikberatkan pada “pengaruh” akan sangat meyakinkan apabila
pembandingan dilakukan terhadap karya sastra Indonesia dengan karya sastra
asing yang menggunakan bahasa sumber
(bukan sastra terjemahan).
Sedangkan, kajian bandingan mazhab
Amerika dapat dilakukan tanpa membandingkan dua karya sastra yang berbeda
bahasa, tetapi membadingkan karya sastra
dengan transformasinya ke dalam seni lain,
misalnya film, teater, tari, atau lukisan.
Dalam kaitan ini, kajian sastra
bandingan mazhab Prancis dan Amerika mendapatkan kritik dari pakar sastra
bandingan Tiongkok dalam buku yang ditulis oleh Shunqing Cao berjudul The
Variation Theory of Comparative Literature (Cao, 2013). Dalam buku
tersebut, Cao mengusulkan tambahan mazhab, yaitu mazhab Tiongkok.
Selanjutnya, Prof Sumiyadi dalam
pidato pengukuhannya menuturkan sastra bandingan ke penelitian pendidikan
berbasis sastra memiliki keberagaman dan variasi. Hal ini akan berpengarauh
pada desain penelitian. Desain penelitian mutakhir yang berkarakteristik
heterogenitas dan variasi di antaranya penelitian pendidikan berbasis seni,
yang di dalamnya terlingkup karya sastra sebagai bagian dari karya seni.
Ada
perbedaan dalam penelitian berbasis seni dengan penelitian konvensional,
khususnya pada bab analisis atau temuan dan pembahasan.
Dalam
penelitian berbasis seni, bab analisis berisi pertanggungjawaban mahasiswa
berkaitan dengan produk novel yang dihasilkannya. Milech dan Schilo (2009), dosen Curtin
University of Technology, menamai bab analisis dengan istilah “eksegesis”.
Menurut mereka, eksegesis dapat berupa model konteks, model komentar, dan model
pertanyaan penelitian.
Kajian sastra bandingan yang berujuang pada penelitian berbasis sastra, memungkinkan insan perguruan tinggi tidak hanya menjadi cendekiawan akademik yang menulis karya ilmiah berformat skripsi, tesis, atau disertasi, tetapi juga menjadi cendekiawan publik yang mengemas gagasan ilmiahnya melalui karya sastra.