Oleh : Nasywa Salsabila W.
Fakultas:
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Muhammadiyah Prof Dr. Hamka
Belakangan ini lini masa sosial media dan situs kabar daring
kembali dipenuhi oleh berita tentang peristiwa yang sedang terjadi di Palestina.
Eskalasi perang antara pasukan Islam melawan penjajah Yahudi semakin memanas.
Korban tidak henti-hentinya berjatuhan dan kian bertambah setiap harinya.
Ribuan jiwa bahkan lebih telah terbunuh. Anak kehilangan orang tuanya, orang
tua kehilangan anaknya. Serta serangan terhadap tempat tinggal, tempat ibadah,
rumah sakit, sekolah, bahkan tempat pengungsian.
Dari banyaknya korban yang tidak berhenti berjatuhan, serangan,
pengeboman yang terus menerus tanpa pandang bulu, apakah kondisi ini masih
disebut sebagai perang? Sedangkan perang yang kita ketahui adalah pertempuran
antara tentara militer dengan tentara militer. Namun, yang terjadi di Gaza,
Palestina, tentara Israel bukan hanya menyerang pasukan Islam tapi
menghancurkan hampir seluruh wilayah Palestina. Ini bukan lagi perang tapi
genosida. Pembataian untuk menghabisi penduduk palestina dan menggantinya dengan
penduduk Yahudi.
Mengutip artikel dari BBC yang yang ditulis oleh Sean Seddon
(Kronologi serangan terhadap festival musik di Israel) kabarnya konflik ini
dipicu oleh serangan hamas terhadap Israel di wilayah selatan jalur Gaza pada
Sabtu (7/10). Padahal jauh sebelum tanggal 7 oktober 2023 Israel sudah memulai
penjajahannya atas Palestina. Mungkin sebagian dari kita mengetahui bahwa ini
adalah perang tak berkesudahan antara Palestina dan Israel, tapi kalau kita
lihat kembali sejarahnya ini adalah penjajahan. Dimulai dari perjanjian yang
dibuat oleh Arthur James Balfour yang dikenal sebagai deklarasi Balfour (1917).
Kemudian peristiwa nakba (1948), pembantaian terhadap etnis Palestina. Dari
peristiwa tersebut mulailah terbentuk negara Israel. Negara hasil dari
penjajahan Yahudi atas penduduk palestina.
Melihat penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi dan pembantaian yang
semakin menjadi-jadi belakangan ini, tidak mungkin kita diam saja lalu
membiarkan ribuan jiwa yang tidak bersalah dirampas hak dan tanahnya. Apalagi
melihat tanah suci kita umat Muslim dinodai.
Lantas bagaimana sikap terhadap penjajahan yang terjadi? Apa saja
hal-hal yang dapat kita lakukan untuk membantu membebaskan tanah yang dirampas?
Berikut ada beberapa hal-hal kecil yang penting untuk kita lakukan untuk saat
ini:
1.
Pembebasan Pikiran
Prof. Abdul
Fattah El-Awaisi, seorang Maqdisi (asli Baitul Maqdis) selalu mengingatkan,
bahwa pembebasan pemikiran itu lebih dahulu sebelum pembebasan tanah. Maksudnya
adalah perjuangan untuk membebaskan pemikiran kaum Muslimin dari racun-racun
pemikiran yang masih menggelapi akal mereka sehingga tidak dapat berpikir dan
bertindak yang benar. Karena penjajahan yang dilakukan oleh Israel semua itu
diawali oleh penjajahan pemikiran terlebih dahulu.
2.
Mempelajari Sejarahya
Ketika kita
mempelajari sejarahnya dan mengetahui latar belakang serta fakta sebenarnya,
kita bisa memilih di mana posisi kita berpihak. Kemudian juga dapat menambah
wawasan betapa penting dan istimewanya Masjid Al-Aqsha bagi umat Muslim.
3.
Membagikan Kondisi yang Terjadi di
Palestina
Membagikan
berita dan kondisi mereka di sana lewat sosial media kita sangatlah penting
untuk saat ini. Karena dengan bersuara lewat sosial media yang luas cakupannya
dapat memberitahu dunia bahwa Saudara kita di Palestina sedang tidak baik-baik
saja. Meskipun akun kecil sekalipun tetap berguna untuk memberitahu orang
sekitar kita. Tidak lupa untuk memilah kembali setiap beritanya.
4.
Berdonasi
Berapapun nominalnya
sangat berarti untuk saudara kita di Palestina. Karena bersedekah bukan soal
jumlah atau nominal tapi perubahan yang diciptakan dari setiap perbuatan
baiknya.
5.
Berdo’a
Yang terakhir jika kita belum mampu
untuk melakukan yang di atas, selalu sisipkan do’a di setiap sholat kita untuk
saudara kita di Palestina. Karena do’a adalah salah satu kekuatan umat Muslim.
Dengan kontribusi kita dalam melakukan hal-hal di atas menjadi
pengingat bahwa masih banyak yang bisa kita lakukan dari sini untuk membantu
saudara kita di Palestina. Kemudian menyadarkan kembali umat Muslim untuk terus
mengedukasi dan memperbaiki diri. Semoga mereka yang dijajah segera mendapatkan
kemenangan dan haknya. Dan kita yang di sini merdeka dari pikiran yang kian
kali menenggelamkan.