KabarPendidikan.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) menciptakan langkah langkah strategis untuk menekan angka kekerasan di dunia pendidikan.
Kepala
Puspeka, Rusprita Putri Utami mengatakan langkah awal yang akan dilakukan
adalah menguatkan pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di
berbagai wilayah dan satuan pendidikan (sekolah). Beliau menyebut TPPK di
satuan pendidikan wajib merekomendasikan ke kepala sekolah mengenai program dan
kegiatan yang akan berguna mencegah kekerasan.
Langkah
strategis yang kedua yaitu melakukan intervensi melalui kampanye publik.
Sementara, langkah strategis yang ketiga adalah menggagas program
"Roots" antiperundungan yang sudah ada dan berjalan sejak 2021 dan
berkolaborasi dengan UNICEF.
"Program
ini sudah diintervensi oleh 10.708 lembaga dan menghasilkan 51.370 lebih agen
perubahan. Di mana dalam hal ini menempatkan siswa menjadi champion untuk menebarkan
kebaikan dan nilai postitif untuk teman sebaya. Namun,
tentu mereka juga sangat membutuhkan pendampingan dari fasilitator yang mana
ini menyasar para guru. Setidaknya sudah ada 20.101 fasilitator yang sudah ada
dan kami latih," kata Prita.
Di
tahun ini, Puspeka menetapkan target sebanyak 2.750 satuan pendidikan mulai
tingkat SMP, SMA, dan SMK untuk bimbingan teknis secara luring dan daring.
Sebagai
informasi, jumlah kasus kekerasan yang ada di dunia pendidikan per tahunnya terus
bertambah. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun
2022 lalu, ada 2.133 kasus yang berkategori kekerasan seksual pada anak, kasus
korban pornografi, kejahatan siber, dan kasus korban kekerasan fisik dan
psikis.
Sementara
berdasarkan data lainnya dari Asesmen Nasional Kemendikbudristek tahun 2023,
terdapat 34,51 persen peserta didik yang berpotensi mengalami kejahatan
seksual. Lain daripada itu, ada 26,9 persen peserta didik lain yang berpotensi
mengalami kekerasan fisik. Selain itu, 36,31 anak didik berpotensi mengalami
perundungan.
Raihan
Cahya Muharram/adp