KabarPendidikan.id - Sejak tahun 2014, program Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) yang digagas Ganjar Pranowo di Jawa Tengah telah memberikan manfaat signifikan bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, kelompok santri juga tertarik untuk menerapkan sistem serupa di lingkungan pondok pesantren.
SMKN Jawa Tengah adalah sebuah lembaga pendidikan kejuruan gratis yang dirancang khusus untuk menerima siswa-siswa dari latar belakang keluarga yang kurang mampu secara finansial. Sebelumnya, SMKN Jawa Tengah beroperasi sebagai Balai Latihan Kerja (BLK) sebelum diubah menjadi sebuah sekolah kejuruan.
Ganjar dengan tegas menyatakan komitmennya untuk memastikan bahwa pendidikan yang layak dapat diakses oleh seluruh masyarakat, termasuk para santri di pondok pesantren.
“Komitmen di mana kemudian menjembatani agar para santri betul-betul dia punya life skill juga kalau ilmu agamanya sudah komplit di sini (Ponpes),” ujar Ganjar, Sabtu (7/10).
Santri harus memperoleh keterampilan agar mempunyai keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan profesional. Demikian ucapan Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode lalu.
“Tinggal life skill sehingga pada saat mereka lulus dari sini mereka bisa di masyarakat akan ada yang jadi kiai, akan jadi nyai, ustaz-ustazah tapi juga ada yang jadi profesional lebih banyak,” tutur Ganjar
“Ini menurut saya menjadi penting bahwa di setiap ponpes ada pengembangan ekotrennya, ekonomi pondok pesantrennya, ada pemberian keterampilannya, maka komunitas- komunutasnya mesti dibikin di sana, tadi sudah ada kok contohnya,” lanjutnya.
Dengan alasan ini, Ganjar mengakui bahwa ada hubungan erat antara dirinya dan para ulama serta pondok pesantren di sekitar Bekasi Raya, terutama dalam konteks program pendidikan seperti SMKN di Jawa Tengah.
“Maka rasanya pikiran beliau dengan kami sama, intinya ini dibangun dari spirit membantu anak Yatim. Jateng dibangun dengan spirit membantu anak miskin sekolahnya jadi kalau kita lihat pas, mudah-mudahan mereka akan mandiri kelak,” imbuh Ganjar.
Lebih lanjut, Ahmad Nurul Huda Haem, Pimpinan Pondok Pesantren Motivasi Indonesia, menyatakan bahwa ia menilai program SMKN di Jawa Tengah telah berhasil menciptakan siswa yang siap memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, ia percaya bahwa hal serupa dapat diterapkan di pondok pesantren.
“SMK Jawa Tengah ini luar biasa, hasilnya-hasilnya dahsyat sekali. Salah satu yang diperkenalkan Pak Ganjar di Jawa Tengah itu link and match . Sehingga mereka boarding, mirip pondok dan di asramakan. Itu begitu selesai mereka bisa langsung bekerja,” ucap Nurul Huda.
Nurul Huda yakin bahwa program SMKN Jawa Tengah bisa diterapkan di lingkungan pondok pesantren. Apabila pondok pesantren sudah mengambil langkah ini, setelah lulus para santri dapat terus mencari pekerjaan tanpa ada hambatan.
“Mudah-mudahan pendidikan pesantren yang basisnya adalah pengajian kitab, kemudian tapi juga memberikan ruang agar anak-anak bisa setelah lulus juga mempunyai kesempatan yang sama untuk bekerja di tempat lain,” kata Nurul Huda.
Sebagaimana yang kita ketahui, SMKN Jawa Tengah memiliki fasilitas seperti kelas, ruang praktik, dan fasilitas bersama yang telah dijelaskan dan didokumentasikan dengan baik. Program Lola Link and Match juga diterapkan secara kolaboratif dengan berbagai perusahaan, yang memungkinkan peluang pekerjaan jangka panjang dan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengejar pembelajaran di luar negeri.
Maymunah/Dyl