KabarPendidikan.id - Beberapa waktu terakhir, sejumlah daerah di Indonesia mengalami cuaca panas ekstrem. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan sejak 22-29 September 2023, suhu tertinggi di waktu siang bisa mencapai 38,0 derajat celcius.
BMKG memantau pada tanggal 25 dan 29 September 2023, suhu tertinggi berada di wilayah Jawa Tengah, yaitu Semarang. Majalengka, Jawa Barat menempati posisi kedua sebagai wilayah terpanas pada tanggal 28 September 2023. Di lain hal, Jabodetabek memiliki suhu maksimum 35.0 – 37.5 derajat celcius.
Peningkatan suhu ini tentu menjadi gangguan bagi masyarakat. Di lain sisi masyarakat terganggu dengan panas terik yang menyengat sehingga aktivitas masyarakat tidak nyaman. Cuaca yang panas juga dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan yang bisa kapan saja dihadapi oleh masyarakat. Kenaikan suhu bumi dapat melepaskan Kembali virus dan bakteri lalu yang bisa memicu wabah penyakit baru. Selain itu, perubahan iklim ekstrem dapat memicu perluasan jarak tempuh hewan pembawa penyakit, seperti nyamuk sehingga akan menyebabkan lonjakan seperti malaria dan demam berdarah.
dr. Endin Nokik Stujanna Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) menyebutkan dampak perubahan iklim erat kaitanya dengan kesehatan, dampak yang dapat terjadi pada manusia ketika menghadapi cuaca panas yang tinggi, diantaranya adalah suhu tubuh meningkat, sakit kepala, dan dehidrasi. Serta suhu panas dapat membuat beberapa parasit lebih cepat berkembang biak dan mudah beradaptasi.
“Manusia yang terkena panas berlebihan secara terus menerus tanpa asupan cairan dapat menimbulkan dehidrasi atau kondisi kurangnya cairan dalam tubuh manusia. Cuaca panas ekstrem juga bisa menyebabkan suhu tubuh menjadi tinggi akibat paparan sinar matahari,” ujarnya.
Selanjutnya, ia mengungkapkan cuaca panas ekstrem juga bisa menyebabkan heat stress pada tubuh manusia. Heat stress adalah penyakit yang diakibatkan oleh tekanan suhu yang tinggi sehingga mengganggu metabolisme tubuh. Heat stress dibagi menjadi tiga kategori yaitu, Heat Cramps, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke.
“Heat Cramps ini yang paling ringan dengan rasanya kejang otot saat suhu sedang tinggi, Heat Exhaustion terjadi ketika kurangnya kadar air dan garam dalam tubuh. Yang terakhir adalah Heat Stroke dimana sistem pengatur panas dalam tubuh tidak dapat lagi menahan panas berlebih sehingga mengganggu sistem saraf,” pungkasnya.
Cuaca panas yang ekstrim juga mengandung sinar UV yang tinggi, apabila sinar UV ini terkena langsung ke kulit akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti penuaan dini hingga risiko kanker yang mengancam kulit.
“Pada tingkat awal, Sinar UV yang tinggi akan menyebabkan sunburn atau kondisi dimana kulit terbakar sehingga kulit akan terlihat kemerahan bahkan kecoklatan. Penuaan dini juga menjadi dampak cuaca panas ekstrem yang sering ditemukan sehingga kulit akan tampak keriput. Selain itu paparan sinar matahari pada kulit juga bisa meningkatkan kanker kulit, sinar UV yang berlebihan akan meningkatkan materi genetik pada kulit, pertumbuhan sel ini yang akan meningkatkan risiko kanker kulit,” ujar dr Endin.
Untuk menghadapi cuaca ekstrem ini, dr Endin Nokik menyarankan beberapa imbauan agar masyarakat dapat menjaga kesehatan di tengah cuaca ekstrem yang menghadang Indonesia.
“Perbanyak konsumsi buah-buahan, terutama yang mengandung lebih banyak kadar air, seperti jeruk, nanas, semangka, dan sebagainya. Jangan lupa pula untuk banyak minum air putih, tanpa menunggu haus, hindari kontak dengan matahari langsung, hindari pakaian berwarna gelap yang menyerap panas, gunakan tabir surya atau sunscreen pada kulit yang tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah tidak hanya untuk Wanita tetapi juga laki-laki dan pada anak-anak,” tuturnya.