KabarPendidikan.id - Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya lakukan 4 langkah dalam menekan dan mencegah praktik Bullying dan kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh para siswa. Aspek tersebut mencakup Guru Responsif, Manajemen Kelas, Penguatan Religi, dan Pembentukan Karakter siswa lewat LDKS. (02/10/2023)
Yusuf Masruh selaku Kepala Dispendik Surabaya menyampaikan 4
aspek Langkah ini kepada para guru-guru serta tenaga Pendidikan yang ada di
sekolah-sekolah dalam menekan maraknya kasus Bullying dan Kekerasan di
lingkungan Pendidikan di wilayah Surabaya.
Langkah pertama yang harus dilakukan menurut Yusuf Masruh
adalah guru harus lebih responsive dan selalu waspada terhadap perubahan
perilaku para siswanya. Ketika terdapat perubahan fisik dan sikap siswa yang
mencolok, guru harus dapat mampu memperhatikan dan mengubahnya menjadi lebih
baik.
“Guru harus responsive dalam memperhatikan perubahan
perilaku para anak didiknya, baik dari perilaku dan penampilan siswa yang
mencolok, dan ketika siswa berkerumun saat jam istirahat. Guru harus memantau
dan paham akan penyebab Ketika terdapat kerumunan siswa yng tidak biasa dan
mencurigakan, karena kegiatan kekerasan tersebut pasti sudah direncanakan
sehingga dapat ditindak sebelum terjadi.” Ucap Yusuf.
Aspek kedua menurut Yusuf yaitu pengaturan manajemen waktu
kelas, dimana guru harus dapat mengatur waktu kegiatan belajar mengajar dengan
baik, terutama saat jam pergantian kelas agar tidak terlalu lama kosong karena
dikhawatirkan dapat menjadi celah bagi siswa melakukan praktik kegiatan Bullying.
“Manajemen KBM di kelas juga harus diatur dengan sangat baik,
terutama saat jam pergantian Pelajaran. Agar guru dapat bisa mempercepat
sehingga tidak ada jam kosong yang terlalu lama yang dapat memberi celah kepada
para siswa melakukan praktik Bullyng dan kekerasan dengan temannya yang
lain, meskipun hanya bercanda. Jika ada guru yang berhalangan hadir, guru piket
atau wali kelas harus bisa menggantikan guru tersebut sehingga tidak ada jam
kosong.” Ucapnya.
Aspek ketiga adalah penguatan Religi dengan kegiatan-kegiatan
beragama dalam meningkatkan pemahaman para siswa mengenai Tindakan kekerasan
yang dilarang keras oleh ajaran agama. Serta penanaman jiwa nasionalisme melalui
game yang telah pihak sekolah siapkan.
“Penanaman sikap nasionalisme akan kami lakukan lewat sebuah
permainan edukasi yang dibawakan oleh para guru, baik guru maple, BK ataupun
guru olahraga dengan permainan yang bertemakan Sejarah nasional dan juga
pengetahuan berkebangsaan.” Tuturnya.
Aspek terakhir adalah pembentukan karakter siswa melalui
kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). Lewat kegiatan LDKS, siswa diharapkan bisa mengenal
satu sama lain dan saling menjalin hubungan kebersamaan antar siswa dan
menguatkan ikatan pergaulan mereka. Serta didik akan kesadaran dan kebijakan
anti perundungan dan kekerasan lewat peran orang tua dan lingkungan.
“Melalui kegiatan LDKS, karakter dan pribadi positif dari
siswa akan terbentuk, sehingga mereka dapat menjalin hubungan sosial dan pertemanan
dengan teman-temannya dengan baik. Selain itu peran orang tua juga sangat
penting dalam pembentukan karakter siswa. Jika para orang tua memiliki saran,
akan baiknya bila disampaikan langsung ke pihak sekolah sehingga nanti akan diolah
sekolah sehingga dapat dilaksanan dengan baik tanpa haru membahas anggaran dan
biaya.” Pungkasnya
Yusuf juga telah berkoordinasi dengan DP3A-PPKB Surabaya dalam
memberikan edukasi kepadan para siswa akan bahaya dan sanksi Bullying
dan kekerasan dilingkungan sekolah dengan memperkuat organisasi-organisasi disekolah
seperti OSIS dan lainnya. Diharapkan kedepannyanya perilaku negatif ini dapat dihilangkan
dalam mencipkatan lingkungan sekolah yang nyaman, aman dan tertib.