Tim tersebut telah dibentuk atas inspirasi yang didapat oleh pihak sekolah SMPN 3 dari gagasan pemerintah Bersama Dana Anak PBB (UNICEF) Bersama Yayasan Indonesia Mengabdi. Setelah 6 bulan perencanaan, akhirnya tim tersebut dibentuk yang tergabung dari kegiatan eskul. Dalam tim ini, siswa bebas memilih untuk tergabung dalam kegiatan tersebut dalam membawa perubahan yang lebih baik dengan melawan aksi Bullying, dan kini telah tergabung 40 pelajar yang menjadi anggota Tim Ambassador.
Fajar Ma’ruf selaku Kepala Sekolah SMPN 3 Sungguminasa sangat mendukung terbentuknya kegiatan tim ini dalam menekan praktek Bullying yang marak dilakukan oleh pelajar zaman sekarang. Dengan adanya tim ini, maka diharapkan dapat mengurangi penyimpangan-penyimpangan sikap yang terjadi di SMPN 3 Sungguminasa kedepannya.
“Kegiatan ini dapat mendukung lingkungan, budaya dan kegiatan belajar yang efektif di lingkungan sekolah, juga dapat menanamkan sikap positif dalam pergaulan dengan teman sebaya mereka dan menekan sikap negatif yang dapat menimbulkan konflik dan pertikaian di Sekolah karena budaya Bullying dan Kekerasan di Sekolah yang sangat menyimpang.” Ucapnya
Tanti Agustina yang merupakan Pembina tim eskul tersebut menyampaikan mengenai tugas dari tim ini yang berfungsi seperti pengawas di kelas dalam memantau dan memberikan laporan jika ada kegiatan bullying di kelas. Dia juga menyampaikan bahwa untuk anggota tim ambassador tidak sembarangan langsung bertugas, karena mereka telah diberikan pembekalan dan pemahaman dalam Latihan dasar mereka agar menjadi probadi yang disegani dan dapat memberikan contoh positif kepada teman-teman sebayanya dalam memberikan perubahan lingkungan pergaulan sekolah yang lebih baik.
“Tim ini bertugas seperti halnya pengawas yang memantau kegiatan dikelas agar tidak terjadi praktek kekerasan dan Bullying selama proses belajar-mengajar atau bahkan saat jam kosong. Para anggotanya juga tidak sembarangan asal pilih dan langsung bertugas, sebelumnya mereka sudah diberikan pembekalan dan pelatihan sikap agar mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi teman-teman mereka dalam menciptakan lingkungan pergaulan sekolah yang positif dan juga sifat kepemimimpinan mereka yang juga diasah agar mereka dapat disegani dan dihormati oleh teman-teman mereka sehingga dapat mengajak mereka kea rah yang lebih baik dan menghentikan budaya kekerasan dan bullying di Sekolah.” Tutur Tanti.
“(Pelaku) langsung marah, marah-marah ke saya, jadi saya nggak mau ambil risiko, saya langsung saja tanya ke pembina, Bu Tanti atau guru-guru yang ada di sekolah, agar memberikan hukuman edukasi saja supaya (pelaku) nggak mengulangi perbuatannya lagi,” ujar Fatir.
Abdul Fatir Jiwansyah selaku ketua eskul dari kegiatan tersebut mengungkapkan masalah yang sering mereka hadapi selama kegiatan tersebut berlangsung dalam melawan Bullying, seperti pelaku yang suka marah-marah dan membuat keributan setelah dinasihati. Dia berharap kepada para guru dapat memberikan hukuman edukasi yang setimpal kepada para pelaku Bullying agar mereka jera dan tidak melakukan perbuatannya lagi.
Tanti menyampaikan simpatinya terhadap resiko yang dihadapi oleh Fatir dan Anggota dari Tim Ambassador selama kegiatan mereka dalam membrantas Bullying di lingkungan sekolah. Terkadang mereka juga menjadi sasaran target dari para pelaku yang tidak terima dinasihati. Tanti meningatkan kepada Tim Ambassador untuk tidak terlalu dipermasalahkan sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan keributan yang lebih besar lagi dan hanya dalam memberikan laporan dan nasihat saja.
“Saya juga mengingatan kepada fatir dan kawan-kawan tim ambassador agar tidak terbawa emosi Ketika mereka mendapatkan perlakuan dan cemooh yang tidak baik dari para pelaku bullying. Karena kita hanya mengingatkan dengan nasihat dan memberikan laporan saja ke guru bimbingan konseling, agar selanjutnya dapat diproses oleh para guru konseling nantinya.” Ucapnya.
Tanti juga menambahkan kekecewaannya terhadap orang tua wali murid pelaku bullying yang sama sekali tidak tahu masalah anak mereka di sekolah, dan juga kebanyakan murid pelaku adalah para anak-anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya. Untuk itu, menurutnya peran orang tua sangat penting dalam membina anaknya menjadi lebih baik.
“Saya merasa kecewa dengan para orang tua murid yang anak mereka melakukan pelaku kekerasan di sekolah, mereka tidak tahu sikap dan perilaku juga masalah yang mereka lakukan di sekolah. Ini merupakan sebuah keprihatinan juga karena kebanyakan pelaku bullying adalah anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih saying penuh dari orang tua mereka. Oleh karena itu, sebenarnya peran orang tua yang paling utama dalam memberikan nasihat dan memperbaiki sikap para murid pelaku agar mejadi lebih baik dan tidak mengulangi perbuatan mereka.” Pungkas Tanti.
GJF_DYL