KabarPendidikan.id - Kasus hangat yang tengah diperbincangkan di media sosial ialah insiden siswa SMAN 7 Banjarmasin menusuk siswa lain dengan pisau. Luka yang disebabkan oleh tikaman pisau terdapat empat tusukan yaitu dua di bagian lengan kanan dan dua di bagian sisi kanan perut.
Kejadian ini terekam oleh CCTV yang ada di dalam ruang
kelas. Kronologi nya yaitu pelaku menggunakan seragam sekolah yang menuju ke
bangku belakang dan menikam temannya
mengunakan sajam yang dibawanya dari luar.
Diduga, motif peristiwa itu karena sakit hatinya pelaku
terhadap korban akibat sering dibully atau bercandaan yang berlebihan sejak
duduk dibangku sekolah dasar. Pelaku berinisial A (15), sedangkan korban
berinisial M (15).
Ari Khairurrijal Fahmi selaku Wakil Dekan bidang III dan IV
Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka)
mengungkapkan bahwa untuk menghindari pertikaian antar sesama yaitu menghindari
bercandaan yang berlebihan atau mengolok. Dalam Islam, bercanda atau tertawa
merupakan hal yang diperbolehkan sebagaimana Rasulullah SAW yang juga
melakukannya. Dalam beberapa riwayat hadis, disebutkan bahwa Rasulullah
beberapa kali bercanda dengan istri, keluarga, dan para sahabatnya.
“Adab bercanda dalam Islam telah dijelaskan dalam hadis
Rasulullah. Berikut ini beberapa adabnya sebagaimana yang dikutip dari buku
Tuntunan Adab-Adab Sunnah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam untuk kehidupan
sehari-hari diantaranya, jangan menyembunyikan barang orang lain, jangan
menakut-nakuti, jangan berbohong dan menghina, jangan berkata buruk, jangan
berlebihan dan berbuat olok-olok,” tutur Ari.
Selanjutnya, Ari Khairurrijal tentu tidak membenarkan
perbuatan korban maupun pelaku. Namun, mungkin untuk pembelajaran kepada korban
yang terkena bullying meningkatkan rasa sabar nya. Bahwasanya sabar merupakan
tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi,
dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami
musibah. Menurutnya, untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga
ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilewati untuk
bisa berada di jalan Allah.
“Sesuai dengan penjelasan Ali bin Abi Thalib RA, kesabaran
dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia
sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila
kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang. Maka sebagai orang yang
teraniaya atau terzalimi lebih baik kita berdoa kepada Allah Swt agar kita
mendapatkan pertolongan langsung oleh Nya,” jelas Ari Khairurrijal.