KabarPendidikan.id - Nurlina Rahman Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menjadi narasumber dalam kegiatan Pembekalan Kompetensi Siswa Kelas XI melalui Program Guru Tamu OTKP dengan tema Berani Tampil Percaya Diri di Depan Publik Dalam Tugas dan Fungsi Humas Keprotokolan (Event Management) dan MC/Pewara selama dua hari berturut-turut, 26-27 Juli 2023.
Kegiatan
ini dihadiri oleh Sukarti Wakil Kepala SMKN 2 bidang Sarana Prasarana, Yeti
Suhayati Ketua Program Manajemen Perkantoran SMKN 2 Jakarta, 36 siswa program
Manajemen Perkantoran SMKN 2 Jakarta.
Dalam
pelatihan ini, Nurlina membawakan tiga materi yakni etika kepribadian, teknik
mengolah vokal serta tugas & fungsi pewara dalam teknik dan penerapan.
Materi-materi tersebut tidak hanya disampaikan dalam bentuk teori tetapi juga
dalam bentuk praktik dengan proporsi 30 persen teori dan 70 persen praktik.
Nurlina
menyebutkan dalam materinya, siswa perlu memahami dan menguasai kemampuan
sebagai pewara dan humas keprotokolan, bukan hanya secara teori tapi juga
implementasinya dalam kehidupan.
“Saya
berpikir secara teori pasti siswa sudah menguasai materi-materi yang saya
sampaikan. Tetapi bagaimana implementasi atau praktiknya di lapangan, itu yang
perlu ditingkatkan kompetensinya,” kata Nurlina.
Karena
itu, sebagai akademisi sekaligus praktisi, selama dua hari pelatihan Nurlina
memperbanyak praktik langsung baik dalam hal menjadi master of ceremony
atau pewara, maupun mengatur (manajemen) event.
“Alhamdulillah
siswa sangat antusias mengikuti pelatihan ini,” tambah Nurlina.
Para
peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk
memilih event yang akan dikelola. Ada yang memilih event kenegaraan, ada yang
memilih event hiburan, ada juga yang memilih event formal lainnya.
“Intinya
siswa paham bagaimana mereka mengatur event,” tegas Nurlina.
Kepada
para peserta pelatihan, Nurlina menekannya beberapa hal yang harus dipahami dan
dikuasai seseorang yang ingin menjadi MC atau pembawa acara profesional. Mulai
dari memahami tugas dan fungsi seorang pembawa acara hingga menguasai teknik
saat tampil di depan publik.
“Tugas
seorang PA yang pada intinya meliputi tiga hal yakni membuka acara, memandu
acara dan menutup acara memang sekilas sederhana saja. Tetapi masing-masing
tugas tersebut ada ilmunya,” pungkasnya.
Dalam
menjalankan tugas tersebut, pembawa acara tak sekadar mengumumkan acara yang
akan berjalan, tetapi juga harus harus mampu menarik perhatian, mengatasi
hambatan, memberikan informasi serta menstimulir, menggugah dan menggerakkan
khalayak.
Untuk
bisa menjalankan fungsinya dengan baik, seorang pembaca acara juga penting
mengetahui jenis acara yang dibawakannya. Dalam ilmu public speaking, pembawa
acara/pewara atau biasa dikenal master/mistress of ceremony (MC)
dibedakan dari cara, isi dan bentuk penyampaiannya. Hal tersebut didasari dari
Jenis acara yaitu state function (upacara kenegaraan), formal
function (acara resmi), semi resmi/semi formal dan acara entertainment
(hiburan) dan atau family function.
“Hal-hal
yang bersifat teknis juga harus dikuasai seorang pembawa acara seperti suara
yang baik, tenang dan tahu maksud maupun tujuan acara. Ini penting agar seorang
pembaca acara mencapai apa yang jadi sasarannya,” tambah Nurlina.
Ia
mencontohkan ketika ada seorang pewara untuk acara formal yang menyebutkan satu
persatu tamu atau hadirin. Tindakan ini tidak dibenarkan dalam ilmu public speaking.
“Kita
cukup menyebutkan tamu-tamu VVIP, VIP, tidak harus semuanya,” katanya.
Untuk
acara formal seorang pembawa acara juga tidak dibenarkan memberikan ulasan atau
komentar terhadap hal-hal yang dikatakan pembicara lain. Jadi cukup menyebutkan
acara dan urutannya saja.
Dalam
kesempatan tersebut, Nurina juga berbagi cara untuk mengolah vocal bagi seorang pembawa acara.
Meliputi aspek ekspresif penyampaian yang terdiri atas suara, penggunaan
bahasa, gerak gerik, bahasa tubuh dan kontak mata.
Mengatur suara perlu memperhatikan tiga hal penting yakni artikulasi, volume, jeda, intonasi, diksi, dan kontak mata. Sedang untuk gerakan, usahakan bergerak secukupnya dan dengan tujuan gerakan juga harus natural dan mendukung kata-kata yang diucapkan pewara dan tentu isi pesan dalam memandu acara.
Bahasa
tubuh, jelas Nurlina, penting bagi seorang pembawa acara untuk berdiri tegak
dan tidak kaku, santai atau casual tapi tidak terkesan malas, biarkan tubuh
bereaksi terhadap yang dirasakan, serta buatlah kontak mata yang baik.
Sebelum
tampil, Nurlina berpesan agar seorang pembawa acara sebanyak mungkin berlatih
baik di depan teman atau keluarga.
“Ingatlah
dua menit pertama penampilan anda, sehingga anda bisa melewati waktu dengan
mudah apabila suasana menjadi lebih aktif,” tutup Nurlina.
Sebelumnya,
Wakil Kepala SMKN 2 Jakarta, Dra Sukarti mengatakan bahwa pelatihan bagi siswa
ini merupakan pertama kalinya mengundang praktisi.
“Mengundang
praktisi ke ruang kelas adalah salah satu cara yang kami lakukan untuk
meningkatkan kompetensi siswa terkait public speaking, pewara dan manajemen
event. Tentu akan berbeda jika siswa belajar langsung ke praktisi atau
ahlinya,” ujar Sukarti.
Ia
berharap dengan mengundang praktisi ke ruang kelas, siswa mendapatkan ilmu yang
lebih relevan dengan dunia kerja. Tidak hanya itu, pelatihan juga membantu
siswa mencapai kompetensi dan pembelajaran di dalam kelas.
Pelatihan public speaking
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi siswa jurusan Manajemen
Perkantoran SMKN 2 Jakarta dalam hal kemampuan public speaking atau
pewara.