KabarPendidikan.id - Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) Nurlina Rahman menjadi narasumber pada kegiatan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Patroli Fungsi Samapta Polri Tahun Ajaran (TA) 2023 dengan tema Kita Wujudkan Petugas Patroli Presisi yang Handal dan Profesional Guna Menciptakan Situasi Kamtibmas yang Kondusif Menjelang Pemilu 2024 dan materi yang berjudul Kemampuan Komunikasi Efektif. Kegiatan pelatihan tersebut digelar di Hotel Menara Peninsula Jakarta, Rabu (14/6).
Dalam hal ini,
Nurlina menyampaikan bahwa kunci sukses berkomunikasi adalah dengan banyak
mendengarkan. Selain itu, mendengarkan tidak hanya bermakna mendengarkan dengan
menggunakan telinga saja tetapi juga mendengarkan dengan menggunakan hati.
“Salah satu
kunci sukses berkomunikasi adalah banyak mendengarkan. Dalam hal ini
mendengarkan tidak hanya bermakna mendengarkan dengan telinga, tetapi juga
mendengarkan dengan hati karena dalam ilmu komunikasi bermakna bahwa kegiatan
komunikasi tidak hanya menerima kata-kata melalui telinga tetapi juga harus
melibatkan jiwa, rohani atau hati. Dengan mendengarkan melalui hati maka akan
terjadi proses dialogis sejati. Dengan mendengarkan maka kita mengakui teman
bicara kita sebagai mitra dialog,” tutur Nurlina.
Disamping itu,
Nurlina juga memaparkan bahwa kemampuan berkomunikasi perlu dikuasai oleh
setiap personil Polri sebagai pengayom dan pelindung masyarakat agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi
yang terbangun antara personil polisi dengan masyarakat merupakan suatu bentuk
komunikasi yang efektif.
“Setiap personil
Polri perlu menguasai kemampuan berkomunikasi agar dapat menjalankan tugasnya
sebagai pengayom dan pelindung masyarakat dengan baik maka komunikasi yang
terbangun antara personil polisi dengan masyarakat akan menjadi sebuah bentuk
komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif itu sendiri mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Selain itu, komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide,
kepercayaan, perasaan, dan sikap antara, dua orang atau lebih, kelompok,
organisasi yang hasilnya sesuai harapan,” ujar Nurlina.
Disisi lain,
Nurlina mengucapkan bahwa komunikasi dikatakan efektif jika memenuhi 4 hal
yakni pesan yang disampaikan dapat diterima, dimengerti, dan dipahami oleh
penerima, isi pesan yang disampaikan sampai ke penerima dan ditindaklanjuti
dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim, tidak terdapat hambatan, dan yang
terpenting adalah kemampuan mendengarkan dengan baik.
“Komunikasi
dikatakan efektif jika memenuhi 4 hal yakni pesan dapat diterima, dimengerti
dan dipahami, pesan sampai ke penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan
yang diminati oleh pengirim, tidak ada hambatan, dan kemampuan mendengarkan
dengan baik. Adapun dasar teknis komunikasi efektif mencakup lima aspek utama
(REACH model), meliputi respect yakni membangun sikap menghargai, emphathy
dimana para pihak saling memahami apa yang dirasakan orang lain, audible yang
berarti bahwa penyampaian pesan harus mampu dimengerti, dipahami. Lalu clarity
yang berarti bahwa pesan yang akan disampaikan harus jelas tanpa ambigu dan
terakhir adalah humble yang berarti bahwa komunikasi harus dilakukan dengan
penuh kerendahan hati,” terang Nurlina.
Nurlina juga
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan komunikasi
sehingga perlu dipahami oleh personil Polri dalam menjalankan tugas
kesehariannya. Faktor-faktor tersebut antara lain perkembangan, persepsi,
nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peran
dan hubungan, lingkungan, serta jarak.
“Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kegiatan komunikasi, dan hal ini harus dipahami oleh
personil Polri dalam menjalankan tugas kesehariannya. Faktor-faktor tersebut
antara lain perkembangan, persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi,
jenis kelamin, pengetahuan, peran dan hubungan, lingkungan serta jarak. Setiap
anggota Polri merupakan pelaku komunikasi (komunikator),” ucap Nurlina.
Oleh karena itu,
seorang anggota Polri perlu membangun komunikasi yang efektif dengan melakukan
beberapa cara praktis yang dapat dilakukan oleh personil Polri agar dapat
menjadi seorang komunikator yang baik.
“Beberapa cara
praktis yang dapat dilakukan diantaranya menunjukkan antusias sebagai bentuk
penghargaan saat berdialog, memberikan minat pada apa yang disampaikan lawan bicara,
merespon lebih positif melalui bahasa tubuh, menjadi pendengar yang baik,
menjaga kontak mata dengan lawan bicara, memberikan kesan berada pada kelompok
yang sama, jangan lupa tersenyum, dan berikan saran yang bermanfaat. Kita juga
harus mampu memberikan motivasi dan semangat kepada lawan bicara,” tegas
Nurlina.
Bagi Nurlina,
seorang komunikator yang efektif dapat berfungsi membangun kepercayaan,
mencegah dan mengatasi masalah, mendapatkan pengarahan, dan meningkatkan
keharmonisan maupun kebersamaan. Suasana tersebut sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan produktivitas kelompok yang dapat diterapkan dalam kegiatan
sehari-hari sehingga komunikasi memiliki peran penting dalam membangun citra
polisi.
“Beberapa upaya
dapat dilakukan setiap anggota polri dalam membangun citra polisi diantaranya
dengan rutin memberikan informasi tentang peraturan perundang-undangan kepada
masyarakat secara langsung, (sosialisai, kampanye/penyuluhan), memberikan
pelayanan prima, patroli dialogis, bertindak tegas melakukan penyidikan
terhadap pelaku unjuk rasa anarkis, memberikan
informasi kepada masyarakat melalui media cetak (surat kabar, brosur,
spanduk), media elektronik (radio dan televisi) dan media online (internet),
menggunakan gaya komunikasi (cara berkomunikasi dengan baik dan benar) memberi
penilaian yang positif sehingga partisipasi masyarakat, komunikasi verbal dan
non verbal, lobby negosiasi, komunitas, serta pemuda/remaja,” tambah Nurlina.
Pada kesempatan
yang sama, Kombes Pol Mujiyono selaku Ketua Pelaksana kegiatan pelatihan
tersebut menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada seluruh narasumber
termasuk Nurlina Rahman yang sudah berbagi ilmu, pengetahuan, serta pengalaman
kepada 68 personil Polri peserta pelatihan karena Nurlina dinilai memiliki
kompetensi komunikasi yang memang dibutuhkan oleh anggota Polri.
“Bu Nurlina
bukan sekali ini kami minta bantuan untuk memberikan pembekalan kepada personil
Polri terkait kemampuan berkomunikasi. Ini merupakan yang ketiga kalinya. Ia
memiliki kompetensi yang mumpuni dibidang komunikasi serta tanggapan dari
peserta sangat baik terhadapnya karena penyampaian materi yang tidak monoton
serta membangun suasana pelatihan yang dinamis,” jelas Kombes Pol Mujiyono.
Diakhir
pemaparan, Kombes Pol Mujiyono menyampaikan harapannya kepada para peserta
pelatihan untuk dapat menularkan ilmunya sampai ke Polres dan Polda sehingga
patroli presisi yang diinisiasi dan dikembangkan Kakorshabara Baharkam Polri
Irjen Pol Drs Priyo Widyanto secara operasional dapat meminimalisir peluang
terjadinya kejahatan.
“Kepada seluruh
anggota polri khususnya Sabhara, memang harus memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik karena tugas Sabhara salah satunya adalah patroli dialogis, dimana
ini sedang dikembangkan melalui patroli presisi sehingga diharapkan pula para
peserta pelatihan dapat menularkan ilmunya sampai ke Polres dan Polda sehingga
patroli presisi yang diinisiasi dan dikembangkan Kakorshabara Baharkam Polri
Irjen Pol Drs Priyo Widyanto benar-benar mampu secara operasional dan mampu
meminimalisir peluang terjadinya kejahatan,” tutup Kombes Pol Mujiyono.