KabarPendidikan.id - Rabies adalah penyakit infeksi yang sangat
berbahaya dan dapat menimbulkan kematian pada manusia. Penyebaran infeksi
tersebut berasal dari gigitan, luka cakar, dan air liur hewan yang terinfeksi
virus rabies. Virus ini menyerang sistem saraf pusat manusia dan hewan, yang
dapat menyebabkan gejala seperti demam, sakit kepala, kebingungan, dan kejang.
Sumber penularan rabies berasal terutama dari hewan, seperti anjing, kucing,
sapi, kambing, dan kuda. Oleh karena itu, penting untuk selalu berhati-hati dan
menghindari kontak langsung dengan hewan yang tidak dikenal atau belum
divaksinasi. Jika terjadi gigitan atau luka cakar dari hewan, segera cari
perawatan medis untuk mencegah penyebaran infeksi. Selain itu, vaksinasi hewan
peliharaan juga sangat penting untuk menghindari penyebaran rabies.
Penyakit rabies sering ditemukan pada masyarakat dengan
hewan peliharaan yang belum dilakukan vaksinasi. Hal ini terlihat dari kasus
meninggalnya Kadek Riska Arianti, seorang anak berusia lima tahun di Banjar
Dinas Lebah Mantung, Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali.
Menurut laporan Tribun-Bali.com, kerabat almarhum bernama Jero Made Santika
(43) mengatakan bahwa Riska digigit oleh anjing peliharaannya sendiri sekitar
satu bulan yang lalu pada lengan bagian kiri. Sayangnya, Riska tidak segera
mendapat perawatan medis yang tepat dan akhirnya meninggal dunia akibat terinfeksi
virus rabies.
Melihat video pada kasus tersebut, dr. Irena Ujianti Sutanto
selaku dosen Fakultas Kedokteran Uhamka dalam tanggapannya mengakatan, rabies
adalah virus yang dapat menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan peradangan
pada otak, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati.
Masa inkubasi virus rabies dapat bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa
tahun, tergantung pada faktor seperti lokasi gigitan, keparahan luka, dan
sistem kekebalan tubuh individu. Secara umum, masa inkubasi berlangsung antara
1 hingga 3 bulan. Selama masa inkubasi, individu dapat mengalami berbagai
gejala, termasuk demam, sakit kepala, dan kelelahan. Ketika virus semakin
berkembang, gejala yang lebih parah dapat muncul, seperti kecemasan, kebingungan,
dan halusinasi.
“Dalam beberapa kasus, individu juga dapat
mengalami hidrofobia, kelemahan otot, dan kelumpuhan. Setelah gejala muncul,
virus berkembang dengan cepat, menyebabkan koma dan kematian dalam beberapa
hari. Pilihan pengobatan untuk rabies terbatas. Namun, pengobatan segera
setelah Pemberian serum anti rabies dan vaksin anti rabies sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi akibat gigitan hewan yang dicurigai mengidap
rabies. Serum anti rabies diberikan segera setelah terjadi kontak dengan hewan
yang dicurigai untuk memberikan perlindungan segera pada orang yang telah
tergigit atau terkena air liur hewan yang dicurigai mengidap rabies. Sedangkan,
vaksin anti rabies diberikan dalam beberapa dosis untuk memberikan perlindungan
jangka panjang terhadap virus rabies. Vaksin ini direkomendasikan untuk orang
yang berisiko tinggi terkena rabies, seperti petugas kesehatan, pekerja di
laboratorium yang menangani virus rabies, dan orang yang tinggal atau bekerja
di daerah dengan tingkat kejadian rabies tinggi,” tutur dr. Iren.
Lebih lanjut dr. Iren menjelaskan, gejala rabies
pada manusia dapat terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap inkubasi, tahap
prodromal, dan tahap akut neurologis. Pada tahap prodromal, penderita akan
mengalami gejala awal seperti demam dengan suhu tubuh 38 derajat Celsius atau
lebih, sakit kepala, kecemasan Gejala ini dapat muncul dalam waktu 2-10 hari
setelah terinfeksi virus rabies. Pada tahap akut neurologis, gejala yang muncul
lebih spesifik dan menunjukkan adanya gangguan pada sistem saraf pusat. Gejala
yang muncul antara lain kejang-kejang, kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan
halusinasi. Pada tahap ini, kesadaran penderita dapat menurun dan kematian
dapat terjadi dalam waktu 2-14 hari setelah munculnya gejala.
“Dalam upaya mencegah penyebaran rabies, ada
beberapa tips yang perlu diperhatikan. Pertama, vaksinasi hewan peliharaan
seperti anjing dan kucing sangat penting untuk mencegah penyebaran rabies.
Pastikan hewan peliharaan selalu mendapatkan vaksin rabies dan hindari
interaksi mereka dengan satwa liar. Kedua, hindari kontak dengan satwa liar
seperti kelelawar, rakun, skunk, dan rubah. Jangan mendekati atau menyentuh
satwa liar, dan segera hubungi pihak berwenang jika Anda melihat satwa liar
yang berperilaku aneh atau terlihat sakit. Ketiga, segera cari perawatan medis
jika tergigit hewan. Jika tergigit hewan, segera bersihkan luka dengan sabun
dan air mengalir, dan segera cari perawatan medis. Tergantung pada keadaan,
Anda mungkin perlu mendapatkan vaksin rabies. Terakhir, edukasi diri sendiri
dan orang lain tentang tanda-tanda dan gejala rabies pada hewan serta cara
mencegah penyebaran penyakit ini. Berbagi informasi tentang pentingnya
vaksinasi hewan peliharaan dan menghindari kontak dengan satwa liar dapat membantu
mencegah penyebaran rabies,” tambah dr. Iren.
Uhamka melalui Fakultas Kedokteran serta 8 Fakultas lainnya
terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat dengan berbagai kegiatan
agar terhindar dari berbagai penyakit serta dapat hidup sehat. Di Uhamka tidak
hanya Fakultas Kedokteran yang membidangi kesehatan saja melainkan juga ada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakutas Psikologi, Fakultas
Teknologi Industri dan Informasika (FTII), Fakultas Agama Islam (FAI), dan
Fakultas lainnya dari jenjang S1, S2, serta S3. Selengkapnya tentang Uhamka
dapat diketahui pada tautan berikut http://linktr.ee/uhamka