KabarPendidikan.id - Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA
(Uhamka) bersama Pusat Studi Betawi menyelenggarakan Kuliah Umum dalam rangka
merayakan Hut Ke-496 Jakarta dengan mengangkat tema “Jadi Karya untuk
Nusantara” di Aula Ahmad Dahlan FKIP Uhamka, Kamis (22/6).
Kegiatan ini dihadiri oleh Prof Gunawan Suryoputro selaku
Rektor Uhamka, Desvian Bandarsyah selaku Dekan FKIP Uhamka, Prof Prima Gusti Yanti selaku Ketua
Prodi PBSI FKIP Uhamka, Nur Aini Puspitasari selaku Sekretaris Prodi PBSI
Uhamka, Edi Sukardi selaku Ketua Pusat Studi Betawi, Tutur Denes sebagai
pendiri batavia teater denes, segenap dosen PBSI FKIP Uhamka, dan mahasiswa
PBSI FKIP Uhamka.
Rektor Uhamka, Prof Gunawan Suryoputro mengungkapkan bahwa
budaya merupakan aspek kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia saat ini. Walaupun budaya telah meninggalkan berbagai jejak sejarah,
budaya memiliki tradisi dan nilai luhur yang penting bagi masyarakat. Budaya
merupakan identitas diri yang harus terus diwariskan oleh manusia. Maka dari
itu, acara ini penting untuk diikuti karena penuh makna akan pentingnya
mewarisi budaya hingga anak cucu kita nanti, khususnya budaya betawi.
"Budaya merupakan identitas diri kita saat ini. Kita
mewakili nilai dan kearifan lokal dari budaya yang kita miliki. Maka anak muda saat ini harus dapat mewarisi itu, agar
nilai-nilai itu tidak punah oleh waktu dan kemajuan iptek saat ini,"
ujarnya.
Desvian Bandarsyah Dekan FKIP Uhamka menyampaikan
apresiasinya atas terlaksananya kegiatan ini. Menurunya, budaya harus terus
dilestarikan dengan menyerap entitas terkecil dari wujud budaya yang ada. Ia
pun meyakini budaya betawi tidak akan lekang oleh waktu.
"Saya sangat mengapresiasi adanya kegiatan ini. Ketika
kita bicara tentang globalisasi sebagai entitas kebudayaan, maka masyarakat
harus bisa menarik wujud itu ke dalam prespektif yang kecil, maka disitulah
nantinya kita akan memahami bagaimana orang yang berbudaya. Saat ini memang
lahir budaya dan entitas baru, tapi saya meyakini entitas budaya betawi sendiri
tak akan hilang karena dilestarikan oleh orang-orang betawi melalui proses
rekayasa atau secara natural dalam Kehidupan," pungkasnya.
Di lain pihak, Prof Prima Gusti Yanti selaku
Kaprodi PBSI FKIP Uhamka mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah telah
memasukkan nilai kearifan lokal dalam kurikulum. Di PBSI sendiri, nilai-nilai
itu telah diterapkan pada mata kuliah yang berhubungan dengan folklore atau
kesenian. Menurutnya, Bahasa Indonesia merupakan mata kuliah pengembang
kepribadian, budaya betawi merupakan aspek yang dimasukkan ke dalam mata kuliah
tersebut. Selain itu, lembaga pendidikan perlu bertanggung jawab dalam
melestarikan budaya ini kepada mahasiswa.
"Globalisasi harus kita hadapi, tapi di sisi lain harus
kita siapkan agar akarnya menjejak. Di sisi lain pemerintah mulai memasukkan
kearifan lokal dalam kurikulum, itu sama-sama kita pahami dengan Kurikulum
Merdeka. Jadi saya melihat bahwa budaya betawi ini berpotensi maka kita
masukkan ke kurikulum kita. Kita juga banyak seni nya selain bahasa. Saya pikir kita semua cemas bahwa
globalisasi ini mengikis segalanya termasuk budaya, kita sebagai lembaga
pendidikan tentu memiliki tanggung jawab untuk membuat mahasiswa kita tetap
mengingat budaya," tegasnya.
PBSI FKIP Uhamka yang kini berlokasi di Jl. Tanah merdeka, Ciracas, Jakarta Timur merupakan 1 dari 12 Program Studi yang ada di FKIP Uhamka telah terakreditasi UNGGUL, sepantasnyalah PBSI bersama FKIP Uhamka akan terus mempertahan budaya Betawi. Mari bergabung bersama PBSI serta 11 Program Studi di FKIP Uhamka melalui tautan berikut https://uhamka.ac.id/reg/ dan https://linktr.ee/uhamka