KabarPendidikan.id - Abdullah Mudzakir, seorang siswa SMK 8 Semarang yang duduk dibangku kelas XI dan bertempat tinggal di Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Kini ia dikenal oleh warganet karena kepandaiannya dalam dunia IT dan coding mendapat pengakuan dari Google Inc.
Dikutip dari laman detikjateng,
Abdullah Mudzakir yang kerab disapa Dzakir ini mendapatkan hadiah 5.000 USD
atau setara Rp 75 juta saat berhasil menemukan bug atau celah kerentanan dalam
sistem Google. Di dalamnya, ia menjelaskan bahwa sejak duduk dibangku SMP kelas
3 telah otodidak belajar coding dengan memakai laptop kakaknya.
Sehubung dengan kehebatan Dzakir,
Endy Sjaiful Alim selaku dosen Fakultas Teknologi Industri dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (FTII Uhamka) sekaligus Kepala Badan
Pengembangan Teknologi dan Informasi (BPTI) Uhamka menanggapi secara optimis
bahwa generasi muda bangsa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam
bidang Coding dan security Computer. Melihat ketekunan Dzakir yang telah
tertarik belajar coding sejak SMP, hal ini merupakan cerminan sikap konsisten
dari generasi milenial yang selalu
tertantang untuk menjawab keingin tahuan secara gigih. Berawal dari rasa
penasaran yang luar biasa sehingga berhasil menemukan bug di sistem Google.
“Generasi muda seperti ini memang
harus diapresiasi dan dituntun agar kemampuannya semakin meningkat, baik secara
praktis maupun akademis. Terlebih dalam hal ketrampilan Coding, hal ini
memiliki tingkat kerumitan tersendiri.
Apalagi Dzakir terbukti telah berhasil menemukan bug pada system scurity
Google, tentu ini adalah hal yang luar biasa, karena Google sendiri merupakan
perusahaan yang besar dan tentu memiliki sofistikasi yang tinggi dalam system
scuritynya. Maka ini merupakan
langkah awal yang baik bagi Dzakir, untuk terus meningkatkan kemampuannya di
bidang IT,” tutur Endy.
Endy menjelaskan bahwa Coding
merupakan suatu tindakan dari langkah-langkah pemrograman dengan menuliskan
kode atau skrip dalam bahasa pemrograman. Supaya skrip tersebut dapat dipahami
oleh komputer, maka saat proses membuat coding harus mengikuti aturan atau
sintaks yang berlaku. Aturan sintaks sangat tergantung dari bahasa pemrograman
apa yang digunakan saat menuliskan skrip.
“Ada lebih dari 700 bahasa
pemrograman yang bisa kita pelajari. Di antaranya, yang paling populer adalah
Python, Java, JavaScript, dan C++. Bahasa pemrograman ini bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja yang sangat diperlukan dewasa ini, seperti untuk membangun website,
mobile apps, manajemen server dan aplikasi lainnya. Di Fakultas Teknologi
Industri dan Informatika Uhamka, mahasiswa diajari dan sudah menguasai berbagai
bahasa pemrograman computer. Hal ini terbukti dengan keberhasilan mahasiswa
dalam membuat berbagai aplikasi yang telah diaplikasikan di univeritas juga
diluar universitas. Aplikasi tersebut diantaranya Sistem Bimbingan Mahasiswa
(SIBIMA), Sistem Absensi Perkuliahan (SIAP), Sistem Manajemen Kinerja (SIMAKIN)
dan lain lain,” jelas Endy.