KabarPendidikan.id - Zamah Sari Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menjadi narasumber dalam acara teras TVMu dengan tema Membumikan Spirit Profetik di Lingkungan Perguruan Tinggi yang tayang di Channel tvMu Channel dan website tvmu.tv, Sabtu (4/1).
Dalam acara ini, Zamah Sari mengungkapkan bahwa istilah Profetik
telah populer pada tahun 80-90 an dimana istilah ini masuk ke dalam istilah
ilmu sosial. Tapi bagi Uhamka, istilah ini merupakan unsur genetik yang ada
pada Muhammadiyah. Dan bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), istilah
profetik menjadi tanggung jawab untuk membangun potensi pendidikan yang unggul
di masa depan.
“Sebenarnya istilah ini telah populer di kalangan masyarakat di
tahun 80 hingga 90-an, karena ini terdapat pada istilah ilmu sosial. Namun di
Uhamka sendiri, profetik menjadi aspek genetik yang tidak dapat dihilangkan
dari Muhammadiyah. Maka saya harap, istilah profetik dapat menjadi tanggung
jawab yang mampu kita emban bersama sehingga Uhamka dan PTM lainnya bisa
membangun potensi pendidikan yang unggul di masa yang akan datang,” ujar Zamah
Sari.
Selanjutnya, Zamah Sari menerangkan bahwa nilai profetik dan makna
keberadaan perguruan tinggi memiliki relasi yang berhubungan. Nabi merupakan
sosok pembawa berita, salah satunya adalah berita masa depan. Maka Perguruan
tinggi juga memiliki peran untuk menyampaikan pesan di masa depan, dengan
melahirkan lulusan-lulusan yang berakhlak dan berintegritas.
“Perguruan Tinggi merupakan media yang tepat sebagai implementasi
nilai-nilai profetik. Kita tau bahwa nabi merupakan pembawa berita. Perguruan
tinggi juga memiliki peran sebagai pembawa pesan dengan menciptakan
lulusan-lulusan yang berintegritas dan Akhlakul Karimah,” tutur Zamah Sari.
Zamah Sari juga menyampaikan makna dari visi Uhamka. Visi Uhamka
sendiri berisi ‘Menjadi prophetic teaching
university yang mencerdaskan secara spiritual, intelektual, emosional, dan
sosial untuk mewujudkan peradaban berkemajuan’. Secara konseptual kalimat
‘peradaban kemajuan’ berimplikasi dengan profetik. Menurutnya, masa depan dapat
dibangun dengan khazanah dari dalam diri.
“Kalimat ‘peradaban berkemajuan’ pada akhir visi
Uhamka, sebenarnya secara konseptual kalimat tersebut terkait dengan nilai
profetik. Dimana peradaban itu terbangun dari khazanah kita sendiri,” ucapnya.