Oleh : Alifia Rachma Arianti
Mahasiswa Manajemen FEB Uhamka
Anak merupakan cikal bakal penerus bangsa. Merekalah yang akan menentukan bagaimana nasib Indonesia dimasa depan kelak. Namun dalam masa tumbuh kembangnya sangat disayangkan bahwa banyak dari mereka terluka secara fisik maupun mental yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Bahkan, kekerasan itu dilakukan oleh orang tua mereka sendiri tanpa mereka sadari.
Menurut data Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), kita bisa melihat tingginya kekerasan anak di Indonesia, tercatat melalui data input dari 1 Januari 2022 hingga saat ini, ada 12.933 kejadian kekerasan terhadap anak di Indonesia.1,992 korban kekerasan adalah anak laki-laki dan yang tertinggi adalah kekerasan terhadap anak perempuan sebanyak 11.961 korban, dalam persentasi laki-laki sebanyak 20,6 % dan perempuan sebanyak 79,4 %.
Orang tua ingin mendidik anaknya untuk menjadi lebih disiplin. Namun, tanpa disadari kebanyakan dari mereka menggunakan cara yang salah untuk mendisiplinkan anaknya dan berujung menggunakan kekerasan fisik. Mereka beranggapan bahwa dengan dipukul, ditampar, atau dicubit akan membuat anak mereka jera dan tidak melakukan hal negatif lagi.
Awalnya mungkin orang tua hanya memukul ketika anak melakukan kesalahan besar. Namun lama kelamaan, karena hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan, akhirnya ketika anak melakukan kesalahan sepele pun orang tua akan langsung memukulnya secara spontan. Hal inilah yang kelak membuat anak menjadi pribadi penakut. Takut mencoba akan hal baru, takut mengungkapkan ekspresi dan perasaannya. Kemudian anak akan menjadi pribadi yang tertutup dan sulit untuk bersosialisasi.
Dalam membentuk karakter dan perilaku positif pada seorang anak, orang tua perlu menjadi orang tua yang demokratif. Dengan pola parenting demokratif akan menghasilkan anak yang berkepribadian terbuka, mudah bersosialisasi, dan memiliki sikap positif di lingkungannya. Perlu dipahami bahwa tidak semua perbuatan anak harus dilarang, selama itu masih batas wajar dan tidak berdampak negatif bagi orang di sekitarnya. Karena jika setiap tindakan mereka selalu dilarang dan dikekang oleh orang tuanya, kelak anak tersebut akan menjadi pribadi yang kurang inisiatif.
Anak terlalu berharga untuk disakiti oleh kedua orang tuanya sendiri. Jika mereka melakukan kesalahan alangkah baiknya sebagai orang tua mengingatkan anaknya dengan cara yang baik dan tidak perlu menggunakan kekerasan. Karena nantinya akan berdampak buruk juga kepada anaknya sendiri.