KabarPendidikan.id - Nurlina Rahman selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (FISIP Uhamka) menjadi narasumber pada kegiatan Program Guru Tamu (PGT) dalam rangka memberi wawasan dan pengenalan terhadap dunia kerja dan dunia industri (DUDI) di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Jakarta. Tema yang dibawakan adalah Berani Tampil di Depan Publik dalam Tugas dan Fungsi Keprotokolan dan MC/Pewara, pada 4 Januari dan 19 Januari 2023 di aula SMKN 3 Jakarta.
Kegiatan yang diikuti oleh siswa kelas XI dan kelas XII
Program Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran (OTKP) tersebut dibuka resmi oleh
Waka Bidang Kurikulum SMKN 3 Jakarta, Lilik Musyarofah dan ditutup oleh Toali
Waka Bidang Hubin SMKN 3 Jakarta.
Adapun materi yang disampaikan mencakup manajemen event,
fungsi dan tugas menjadi pembawa acara (MC), etika kepribadian, dan teknik
vokal.
Nurlina menyampaikan bahwa materi yang mencakup Manajemen
Event, Fungsi dan Tugas Pembaca Acara (MC), Etika Kepribadian dan Teknik Vokal
tersebut disampaikan tidak hanya berupa teori tetapi sekaligus juga praktik
lapangan. Para siswa diajak untuk merencanakan sebuah event, menyusun acara
hingga menuliskan naskah pembawa acara/pewara (MC).
“Siswa kami ajak langsung praktik, mengorganisir event
sekaligus menjadi pewara atau MC agar mereka semakin paham. Event juga menjadi
sebuah kegiatan yang sangat penting bagi sebuah lembaga atau organisasi. Karena
melalui event, sebuah lembaga atau organisasi dapat mengkomunikasikan dan
mempublikasikan diri juga membangun reputasi. Peranan event bagi public
relations dan event organizer, selain memberikan kepuasan bagi lembaga, juga
memberikan kepuasaan pada pihak yang terlibat serta publik atau khalayak yang
jadi sasarannya ,” tutur Nurlina.
Nurlina menambahkan, agar event tersebut berjalan dengan
baik dan sesuai tujuan yang diinginkan, kuncinya adalah bagaimana memenej atau
mengelola event dengan baik. Melalui manajemen event atau biasa dikenal sebagai
event organizer, sebuah kegiatan dikelola untuk memenuhi target yang ditentukan
baik oleh seseorang, kelompok maupun organisasi.
“Adapun tahapan manajemen event meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga melakukan evaluasi. Seorang EO
juga harus melakukan tahapan orientasi, menyiapkan acara, melaksanakan dan
menutupnya,” tambah Nurlina.
Selain mengajak siswa belajar menjadi seorang EO, Nurlina
juga mengajak siswa belajar menjadi seorang MC atau pembawa acara (pewara).
Karena sebuah event tidak akan menarik jika MC-nya kurang professional. Menurutnya
seorang pembawa acara atau pewara memiliki setidaknya 5 fungsi yakni
mengumumkan akan dimulainya acara, menarik perhatian audiens, mengatasi
hambatan yang muncul selama acara berlangsung, memberikan informasi,
menstimulir/menggugah/menggerakkan khalayak atau seseorang untuk terlibat dalam
kegiatan.
“Jadi MC menjadi
kunci penting sukses tidaknya sebuah event. Intinya seorang pewara harus
membuka, memandu dan menutup acara,” tegas Nurlina.
Selanjutnya Nurlina menyebutkan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang pewara adalah menyiapkan mental sebelum tampil,
memahami aturan dan fungsi sebagai pewara, memperhatikan tampilan fisik seperti
riasan dan pakaian, penguasaan bahasa yang baik, kemampuan membentuk atau
menyusun kalimat yang singkat, padat dan menarik.
“Seorang pewara juga harus mampu mengatur volume suara,
intonasi suara, pacing dan kontak mata selama bertugas. Ini semua merupakan
aspek ekspresif yang harus dimiliki seorang pewara,” tambahnya. Untuk dapat
tampil maksimal, seorang pewara setidaknya harus melakukan dua hal. Pertama
harus banyak berlatih, baik di depan teman, di depan keluarga maupun di depan
umum. Hitunglah waktu untuk setiap sesi presentasi dan buatlah jadwal. Kedua,
ingatlah dua menit pertama presentasi sehingga anda dapat melewati waktu dengan
mudah apabila suasana menjadi lebih aktif,” ujar Nurlina.
Seorang pewara, lanjut Nurlina, harus mengindari beberapa
hal seperti bermain-main atau menarik- narik rambut, meregangkan tubuh,
mengorek-ngorek gigi, kuping dan hidung, bermain dengan jari, menggigit kuku,
membersihkan/bermain dengan kuku, membunyikan tangan, mengetuk-
ngetuk/menggoyang- goyangkan kaki dan lainnya.
Hal penting lainnya, kata Nurlina, seorang pewara mestinya
belajar etika kepribadian, agar dapat membangun hubungan dengan siapapun dengan
cara meningkatkan komunikasi personal.
Sebelumnya Emmi Pasaribu selaku Ketua Program Otomatisasi
Tata Kelola Perkantoran (OTKP) SMKN 3 Jakarta dalam sambutannya mengatakan
kegiatan pelatihan public speaking dilakukan dalam rangka pembekalan kompetensi
siswa kelas XI dan kelas XII Program OTKP khususnya dalam mengembangkan tugas
fungsi SDM menjadi penyelenggara kegiatan dan keterampilan berbicara di depan
publik sebagai pewara/MC. Dengan pelatihan diharapkan dapat digunakan sebagai
modal siswa jika nanti sudah menyelesaikan studinya.
“Menjadi sesuatu yang penting untuk dipahami, betapa
bermanfaatnya penguasaan komunikasi. Juga perlu diketahui bahwa public speaking
merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki siswa. Ini adalah
salah satu soft skill yang paling
serbaguna di dunia kerja. Mempunyai kemampuan public speaking yang baik juga
akan memudahkan komunikasi dengan rekan kerja, masyarakat dan atasan,” kata
Emmi.
Sementara itu di lain pihak, Toali selaku Waka Bidang Hubin SMKN 3 Jakarta
saat menutup kegiatan mengatakan ada 4 kriteria lulusan yang sangat dibutuhkan
DUDI yakni, siswa atau lulusan memiliki tantangan kerja dengan ketahanmalangan,
kreatif, komunikatif, dan mampu bekerjasama dengan tim.
“Dalam pelatihan ini siswa dapat berlatih memantapkan
keempat kriteria tersebut,” tandas Toali.
Terhadap kegiatan pelatihan, sebagian besar siswa menyatakan
pelatihan memberi mereka motivasi untuk tampil percaya diri di depan publik,
belajar tata krama berkomunikasi secara benar, belajar bekerja secara tim,
dapat praktik olah vokal dan pernafasan.