"Pendidikan jangan seragam tetapi memberi stimulus dengan memperhatikan minat dan bakat anak. Biarlah anak tumbuh sesuai bakatnya," ujarnya Lily Halim.
Lily Halim mengaku prihatin pada ajaran Ki Hadjar Dewantara dipakai Finlandia yang terkenal pendidikannya maju, tetapi di Indonesia sendiri malah tidak diperhatikan. Pendidikan di Tamansiswa itu memperhatikan minat dan bakat anak.
Lily menambahkan GSM adalah salah satu Program Organisasi Penggerak (POP) tingkat nasional yang terseleksi di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Di kementerian itu ada Sekolah Penggerak, Guru Penggerak dan Organisasi Penggerak. GSM merupakan salah satu organisasi penggerak.
Sementara Sarmidi selaku Leader GSM Kota Yogyakarta menyebutkan Adanya GSM mendorong SD di Kota Yogyakarta semua terakresitasi A dan tertinggi di Indonesia. Kota Yogya awalnya ada 12 SD POP, kemudian berkembang menjadi 37 dan kini menjadi 89 SD.
Sementara Sri Wahyuni selaku Kepala SDN Klitren menerangkan seluruh siswa yang berjumlah 121 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 terlibat dalam gelar karya tersebut. Beberapa stand memamerkan beberapa karya siswa, sedang di panggung siswa menampilkan kemampuan berkesenian.
DYL_RPH