KabarPendidikan.id - Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) menjadi salah
satu Universitas yang terkena dampak penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
Selama kurang lebih dua tahun, FKIP Uhamka memberlakukan Perkuliahan Jarak Jauh
(PJJ) kepada seluruh dosen dan mahasiswanya. Hal tersebut didasarkan atas
arahan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.
Dalam hal ini, proses dalam pelaksanaan PJJ
tentu tidaklah mudah sehingga berbagai tantangan timbul dalam proses
perkuliahan tersebut. Mulai dari gangguan jaringan internet, keterbatasan alat
penunjang perkuliahan, kuota pulsa yang terbatas, dan sebagainya sehingga
perkuliahan menjadi tidak efektif dan mahasiswa cenderung mengabaikan
perkuliahan.
Dengan berbagai pertimbangan,
akhirnya FKIP Uhamka memutuskan untuk melaksanakan PTM secara penuh pada awal
bulan Oktober 2022. PTM ini terbuka untuk mahasiswa semester satu, tiga, lima,
dan tujuh.
Oleh karena itu, serangkaian
kebijakan dibuat oleh pihak FKIP Uhamka untuk mengembalikan marwah PTM dengan
beberapa startegi baru, yakni dengan melakukan pembagian pertemuan tatap muka
di setiap tingkat semesternya dalam sistem mingguan.
Bentuk dari pembagian pertemuan
tersebut seperti semester 1 memulai PTM pada minggu ke-1, 2, 6, 7, 9, 10, 14,
dan ke-15. Begitu pun dengan semester 3. Sedangkan untuk semester 5 dimulai
pada minggu ke-1, 6, 7, 9, 10, dan ke-15. Terakhir, untuk semester 7 dimulai
dari minggu ke-3, 4, 5, 11, 12, dan ke-13. Sementara itu, untuk pertemuan
mingguan yang tidak ada di setiap semesternya, seluruh mahasiswa FKIP Uhamka di
semester tersebut wajib mengikuti perkuliahan secara PJJ. Hal tersebut menjadi
bagian dari strategi yang diberlakukan di FKIP Uhamka guna mengenalkan
mahasiswa kepada sistem perkuliahan yang baru serta bersama-sama mengurangi
keramaian agar penyebaran virus Covid-19 tidak semakin meluas.
Salah satu mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) semester lima yaitu Nabila
Salsabia berpendapat, dibalik keterbatasan waktu tatap muka yang ada, hal itu
tidak menghambat perkuliahan. Bahkan, dapat menjadi inovasi baru untuk
memperkenalkan kampus seraya mempersempit penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Nabila Salsabia selaku mahasiswa
semester 5 PBSI FKIP Uhamka menyampaikan pendapatnya bahwa dibalik keterbatasan
waktu tatap muka yang ada, hal itu tidak menghambat perkuliahan. Bahkan, dapat
menjadi inovasi baru untuk memperkenalkan kampus seraya mempersempit penyebaran
Covid-19 di Indonesia.
“Dengan perkuliahan seperti ini
mahasiswa dapat belajar untuk mengatur waktu karena masih banyak mahasiswa yang
sulit mengatur waktu secara mandiri. Selain itu, karena kasus Covid-19 belum
sepenuhnya hilang sehingga melakukan perkuliahan dengan cara seperti ini sudah
sangat tepat,” ujar Nabila, Kamis (27/10).
(Aliya Fisyara)