KabarPendidikan.id - Romahurmuziy selaku Mantan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengamati sistem pendidikan di Indonesia yang sering berubah-ubah. Dalam hal ini, setiap rezim pemerintahan yang berganti, bisa dipastikan sistem pendidikannya juga akan berubah.
“Pada tahun
1980-1990 masuk perguruan tinggi namanya UMPTN, kemudian berubah menjadi SBMPTN
dan itu terus berubah,” ujar Romahurmuziy selaku Ketua Lustrum XIII SMA 1
Yogyakarta pada dialog kebangsaan di Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta,
Sabtu (12/11).
Ia mengaku tidak
begitu memahami esensi dari perubahan nama ini tetapi ia khawatir jika isinya
juga ikut berubah. Sementara itu, di negara maju seperti Amerika Serikat, masuk
perguruan tinggi tesnya saja hanya satu dan tidak pernah berubah.
"Ini membuat
terkejut. Mereka dapat konsisten tetapi Alhamdulillah kita konsisten juga
perubahannya," ujarnya.
Oleh karena itu,
adanya perubahan ini dikhawatirkan akan menjadi permasalahan baru dalam
pendidikan. Namun demikian, ia meyakini isu ini sudah dilirik oleh Menteri
Pendidikan yang juga sesama alumni Amerika Serikat sehingga dibuatlah Kurikulum Merdeka.
Sementara itu,
Arsul Sani selaku Wakil Ketua MPR RI mengatakan meskipun Kurikulum Merdeka
dianggap lebih baik dibanding kurikulum 2013, namun tetap saja ada beberapa
catatan dalam pelaksanaannya. Pertama, efektivitas implementasi dari kurikulum
merdeka ini belum terlihat nyata seperti pada kurikulum 2013.
"Di samping
itu, belum ada pula panduan yang utuh dan lengkap untuk pelaksanaan kurikulum
ini," tambahnya.
Kemudian,
kesiapan dan pemahaman para guru terhadap pembelajaran
berbasis proyek juga masih terbatas. Tak hanya itu, dengan adanya mata
pelajaran peminatan tentu akan berimbas kepada guru yang tidak mendapatkan
siswa dan ruang kelas sehingga dapat berdampak pada tunjangan sertifikasi guru.
Asrul menyebut
penyederhanaan materi dan administrasi
pembelajaran yang ditawarkan tidak terlihat karena hanya mengubah format
kurikulum 2013. Oleh karena itu, pada dasarnya sekolah penggerak akreditasinya
sudah baik yakni A dan B sehingga sasarannya tidak terbatas dengan sekolah yang
berakreditasi A maupun B.
ADP/SAN