KabarPendidikan.id - Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) merupakan program hibah yang diberikan oleh Kemenristekdikti dalam upaya mewujudkan Kampus Merdeka bagi mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. Pada tahun 2022 ini, Prodi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains (FFS) Uhamka mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan 5 kegiatan yang didanai oleh Kemenristekdikti bersama Uhamka. Dalam hal ini, kegiatan PKKM Prodi Farmasi Uhamka berlaga di Liga 1. Oleh karena itu, kegiatan seminar dan workshop yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pembuatan sediaan obat tradisional dan kosmetik berbahan dasar alam.
Acara ini turut dihadiri langsung oleh Direktur Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) selaku regulator dan pelaku usaha kosmetika yang banyak menghasilkan produk dari bahan alam (Team R&D Skincare Associate Principal Scientist) PT. Paragon Technology and Innovation, Tim Dosen FFS selaku pembimbing workshop, serta mahasiwa Prodi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains (FFS) Uhamka. Kegiatan ini diselenggarakan di Laboratorium Terpadu Kampus FFS Uhamka, pada 5-6 Oktober 2022.
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memberikan pendampingan kepada mahasiswa dalam pembuatan sediaan obat lambung dan beberapa kosmetik berbahan dasar alam. Dalam hal ini, sasaran yang ingin dicapai Prodi FFS Uhamka adalah menyiapkan mahasiswa nantinya sebagai lulusan yang memiliki Skill, Knowledge, dan Attitude dalam bidang farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan obat dan kosmetika tradisional yang berpeluang sebagai penunjang kewirausahaan.
Wakil Rektor III Uhamka Lely Qadariah berharap melalui kegiatan PKKM ini mahasiswa mampu mengembangkan peluang kolaborasi penelitian dengan industri obat maupun kosmetika tradisional. Selain itu, ia juga berharap agar Prodi FFS Uhamka bisa menindaklanjuti kegiatan workshop ini dengan lebih baik lagi.
“Saya berharap dengan adanya workshop ini mahasiswa mampu lebih berkolaborasi lagi dalam penelitian dengan industri obat maupun kosmetika tradisional,” ujarnya.
Dwiana Andayani selaku Direktur Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik, BPOM RI mengungkapkan bahwa obat tradisional digunakan pada pengobatan sebagai upaya promotif, preventif/pencegahan dan kuratif/pengobatan. Pemanfaatan Bahan Alam sebagai Kosmetik juga berkembang ditengah masyarakat seiring dengan banyaknya salon-salon kecantikan, yang menggunakan bahan alam sebagai bahan aktif pada lulur, body mask, massage oil, bath oil dan sebagainya.
“Adanya kandungan antioksidan yang cukup tinggi, obat herbal baik dalam memelihara kesehatan dalam mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, demensia, diabetes, aterosklerosis dan ada banyak juga obat herbal yang memiliki sifat antiradang, antibakteri, antijamur, dan antinyeri.” ujarnya.
Dalam upaya untuk meningkatkan keamanan dan menjamin kualitas dan khasiat obat tradisional dan kosmetik pemerintah mengatur regulasi yang terkait dengan hal tersebut. Diantaranya pengujian pra klinik maupun klinik obat tradisional. Dan Pemerintah juga mendorong pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang memiliki sertifikat halal berdasarkan Pasal 4 UU 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal.
Selanjutnya, PT. Paragon Technology and Innovation yang memproduksi produk kosmetik dengan label Wardah, Diyah Utami selaku R&D Skin Care Associate Principal Scientis menyampaikan bahwa kosmetika yang dipasarkan, tidak boleh memberikan efek negatif kesehatan jika digunakan secara normal atau keadaan yang sudah diduga sebelumnya.
“Penilaian keamanan produk kosmetik bergantung pada bagaimana cara produk ini digunakan, dan bagimana tingkat keamanan produk yang dibuat, karena hal ini menentukan berapa banyak senyawa yang akan masuk ke dalam tubuh.” ungkapnya.
Kegiatan workshop selanjutnya mahasiswa dibimbing untuk membuat 5 sediaan obat tradisional dan kosmetik yaitu suspensi obat lambung dengan bahan aktif ekstrak jahe, temulawak, sereh, kayu manis, sampo dengan bahan ekstrak daun bidara, sabun cair wajah dan lotion dengan bahan aktif ekstrak daun pegagan, kapsul diare dengan bahan aktif ekstrak kulit buah delima putih. Kegiatan workshop didukung oleh beberapa produsen yang memberikan ekstrak dengan gratis seperti PT. Martina Berto, PT. Borobudur, dan PT. Sari Alam Sukabumi, dilaksanakan di Laboratorium terpadu FFS Uhamka. Kamis, (6/10).
Mahasiswa mengikuti seluruh kegiatan dengan antusias dan tanya jawab yang interaktif pada saat seminar maupun workshop. Hasil pre-test dan post-test yang dilakukan terlihat peningkatan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan.