KabarPendidikan.id - Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) terus meningkatkan mutu pendidikan diantaranya melalui Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang merupakan Program Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas dan relevansi lulusan program Sarjana.
Dalam
hal ini, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
(FFS Uhamka) mengadakan 5 program untuk mahasiswa S-1 Farmasi diantaranya yaitu
seminar dan workshop. Kegiatan ini
selenggarakan di ruang meeting Hotel Ibis Styles, Bekasi, pada 4 dan 5 Oktober
2022 lalu.
Acara
ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor III Uhamka Lelly Qodariah, Dekan FFS
Uhamka Hadi Sunaryo, Wakil Dekan I FFS UHAMKA Inding Gusmayadi, Kaprodi Farmasi
Uhamka Rini Prastiwi, dan dosen FFS Uhamka Maharadingga, Novia Delita dan
Agustin Yumita, serta mahasiswa
sebagai peserta. Kegiatan ini membahas mengenai peningkatan
kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam pembuatan dan standarisasi bahan
baku obat tradisional.
Prof
Yuli Widiyastuti dari Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tawangmangu, Jawa Tengah mengungkapkan
selama pandemi kebutuhan masyarakat akan obat tradisional meningkat secara
eksponensial, bagi para petani yang melakukan budidaya tanaman obat belum
menjanjikan. Ia juga berpendapat, hal ini terjadi karena pasar bahan baku jamu
tidak terbuka luas dan sulit diakses petani, serta sistem pembayaran yang tidak
cocok dengan industri.
“Terjadinya
pemalsuan simplisia dalam segi penjualan hasil budidaya tanaman obat yang
menjadikan bahan obat tidak aman untuk dikonsumsi.” Ujar Prof Yuli Widiyastuti.
Yuli
menambahkan, melalui survei pasar, diketahui dari 6 pasar hanya 2 pasar yang
memiliki Nigella sativa (jintan hitam) yang asli, sedangkan lainnya palsu.
Efizal
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI selaku narasumber kedua
memaparkan materi terkait dengan proses standarisasi bahan baku obat alami
serta tantangan dalam penggunaannya. Menurutnya, terdapat
3 pilar penting dalam menyelenggarakan keamanan obat tradisional yaitu BPOM,
pelaku usaha, dan masyarakat. Maka dari itu, yang terpenting harus melalui
proses standarisasi obat tradisional dengan mengutamakan mutu serta keamanannya.
“Terdapat
3 pilar penting dalam menyelenggarakan keamanan obat tradisional yaitu BPOM,
pelaku usaha, dan masyarakat yang terpenting harus melalui proses standarisasi
obat tradisional dengan mengutamakan mutu dan keamanan,” ujar Efizal.
Efizal
juga menyampaikan melalui proses tersebut, kestabilan obat tradisional di
masyarakat serta pelaksanaannya yang sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia
Materia Medika Indonesia akan semakin terjamin. Selain itu, para pelaku usaha
juga dapat membuat in-house standard dengan syarat sesuai dengan regulasi BPOM.
Sementara
itu, di pihak lain Novia Delita dan Agustin Yumita selaku dosen FFS Uhamka
memaparkan materi workshop terkait dengan pengenalan simplisia. Melalui
pemutaran video dan penjelasan terkait materi tersebut, mahasiswa diajak
mengenal cara pembuatan simplisia dan ekstrak tumbuhan yang merupakan bahan
baku obat tradisional.
“Untuk
menambah pemahaman mahasiswa, disediakan berbagai jenis simplisia tumbuhan,
baik simplisia kering yang masih utuh, serbuk simplisia, maupun ekstrak. Selain
itu, disediakan juga tanaman obat segar yang masih ditanam dalam pot sehingga
mahasiswa menyimak dengan sangat antusias. Oleh karena itu, kegiatan workshop
ini akan dilanjut pada keesokan harinya di Laboratorium Terpadu FFS Uhamka,”
tutur Novia.
Selanjutnya, Lelly Qodariah selaku
Wakil Rektor III Uhamka menuturkan bahwa ia mengharapkan agar kegiatan ini dapat benar-benar bermanfaat bagi
mahasiswa sehingga dapat
meningkatkan keterampilan dan inovasinya serta menunjukkan kebermanfaatannya
untuk masyarakat.
“Alhamdulillah
dengan adanya kegiatan ini, saya berharap betul mahasiswa
Uhamka khususnya Farmasi
bisa mendapatkan pengetahuan lebih tentang edukasi obat tradisional yang baik
sehingga nantinya mereka bisa mengedukasikan bahkan membuat obat tradisional
untuk kebermanfaatan di masyarakat,” tutur Lelly.
Melalui
kegiatan ini, sebanyak 31 peserta yang terdiri dari mahasiswa semester 3 dan 5
merasa sangat puas karena telah memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat dengan
didukung oleh fasilitas yang memadai.