KabarPendidikan.id - Nizam selaku Plt. Direktur Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menuturkan, semua pintu masuk perguruan tinggi negeri (PTN) berbasis pada uang kuliah tunggal (UKT) yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, terdapat persepsi yang melihat seleksi jalur mandiri adalah jalur yang mahal karena UKT yang besar dianggap salah.
"Ini juga persepsi yang salah. Jalur mandiri maupun
jalur SNMPTN dan SBMPTN itu semuanya berbasis UKT. Jadi di jalur mandiri pun
mahasiswa yang tidak mampu itu juga bisa uang kuliahnya nol, ada yang uang
kuliahnya Rp 500 ribu, ada yang uang kuliahnya Rp 1 juta, tapi juga ada yang Rp
10 juta," jelas Nizam.
Selanjutnya, nizam juga mengatakan bahwa tidak benar jalur
mandiri lebih mahal daripada jalur seleksi lainnya. Ia menerangkan, di jalur
mandiri biaya kuliah juga bisa disetarakan dengan kemampuan orang tua.
Menurutnya, yang kerap menyebabkan terjadinya pandangan jalur mandiri mahal
adalah ketika calon mahasiswa berpikir UKT akan memengaruhi penilaian seleksi
sehingga memilih UKT dengan level yang tinggi.
"Terkadang siswa itu karena takut, ‘jangan-jangan ini berpengaruh terhadap
capaian saya.' Dia memilih yang tertinggi misalnya. Nanti ketika kemudian
diterima, 'loh kamu memilih yang tertinggi.'Wah ndak bisa pak saya itu orang
tua saya tidak mampu.'Nah hal itu yang kadang-kadang terjadi. Seolah-olah jalur
mandiri itu jalur yang mahal. Tapi sama sekali tidak demikian," ujar
Nizam.
Nizam menyampaikan, pihaknya sudah mengumpulkan data terkait
hal-hal tersebut. Dari data tersebut didapatkan adanya mahasiswa yang masuk
dari jalur mandiri dengan UKT nol. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang
mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi.
"Banyak yang mendapatkan beasiswa dari perguruan
tinggi," ungkap Nizam.
(ADP)