KabarPendidikan.id - Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM) Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) Jakarta Selatan melalui Bidang VIII Tabligh Kajian dan Keislaman menggelar kegiatan Webinar Bincang Faedah Berpahala dan Tersampaikan dengan tema Menjemput Hidayah-Nya dengan Berhijrah di Era Digital untuk menambah ilmu keagaamaan.
Ony Linda selaku Dekan FIKes Uhamka dalam
sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi sarana untuk memperkaya
spiritual mahasiswa dan meng-upgrade
nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus.
Sementara itu, A.M.
Khomeini Malak selaku Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan Periode 2021-2022
menjelaskan bahwa era digital yang dipenuhi dengan kemudahan atas kemajuan
teknologi menjadi wadah bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik.
Di sisi lain, Muhammad
Rafli Ramadhan selaku Ketua Umum PK IMM FIKes UHAMKA Jakarta Selatan Periode
2021-2022 menyampaikan terkait makna hijrah.
“Kegiatan CAFELATTE menjadi wadah generasi muda dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai profetik dalam proses hijrah, sesuai dengan tema yang disediakan
oleh panitia. Hijrah bukan hanya mengenai perpindahan tempat atau lokasi secara
fisik, akan tetapi hijrah secara pemikiran, hijrah secara aktualisasi diri
menjadi lebih baik.”ungkap Rafli.
Kegiatan ini menghadirkan Muzammil
Hasballah selaku Narasumber, yang
diikuti oleh 72 peserta melalui aplikasi Zoom
Cloud Meetings.
“Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu.”kata Muzammil.
Muzammil memberikan beberapa kisah yang menunjukkan bahwa hidayah
menjadi barang berharga yang harus diikhtiarkan dan diperjuangkan. Diantaranya kisah
perjalanan spiritual Salman Al-Farisi untuk mencari kebenaran agama hingga
bertemu dengan Rasulullah dan masuk Islam. Kemudian kisah Abu Thalib yang
semasa hidupnya membela Rasulullah dalam berdakwah, menghembuskan napas
terakhirnya tanpa kalimat syahadat.
Sebagaimana tema webinar yang mengambil kata hijrah, Al-Qur’an sebagai kitabul
hidayah menjadi jalan untuk memulai hijrah.
Di samping itu, Muzammil menjelaskan posisi pemuda yang fundamental
dalam menyerukan hijrah. Al-Qur’an mengisahkan banyak sekali sejarah pemuda
islami, diantaranya kisah Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala dan
menyisakan satu berhala paling besar untuk dialihkan ketika ditanya oleh sang raja.
“Usia Nabi Ibrahim saat itu fataa,
muda. Kisah penghancuran berhala menunjukkan ciri pemuda itu harus inovatif,
kreatif, out of the box dalam
berdakwah. Ciri pemuda selanjutnya yaitu harus berani memperjuangkan sesuatu
yang diyakininya. Nabi Ibrahim pada saat itu tahu resiko yang akan terjadi atas
yang dia lakukan. Tetapi ia berani untuk mengambil konsekuesinya.”