KabarPendidikan.id - Demi meningkatkan budaya riset di lingkungan Fakultas,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka) menyelenggarakan Enlightening Lecture dengan tema Riset Pendidikan: Prospek dan Tantangan ke Depan di Aula Ahmad Dahlan lantai 6 FKIP Uhamka, Rabu (24/8).
Kegiatan ini dihadiri oleh Desvian Bandarsyah selaku Dekan FKIP
Uhamka, Sri Astuti selaku Wadek I FKIP Uhamka, Samsul Maarif selaku Wadek II
FKIP Uhamka, Harinaredi selaku Wadek III FKIP Uhamka, Muhammad Dwifajri selaku
Wadek IV Uhamka, dan Prof Ahmad Najib Burhani sebagai Kepala Organisasi Riset
Ilmu Sosial Humaniora dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia.
Hadir pula Ketua dan Sekretaris dari setiap Program Studi FKIP Uhamka beserta dosen FKIP Uhamka.
Desvian Bandarsyah selaku Dekan FKIP Uhamka mengungkapkan bahwa
saat ini dunia riset Indonesia telah memasuki era baru, dimana negara yang
unggul adalah negara yang memiliki potensi dan wawasan untuk membentuk riset
yang berkelanjutan.
Tahun 2019 lalu, pemerintah telah menganggarkan dana 190 Milyar
dengan asumsi lima tahun ke depan, angka
tersebut bisa berkembang menjadi 50 Triliun. Maka Desvian menggambarkan angka
tersebut merupakan sebuah kesempatan yang harus disambut baik oleh Perguruan
Tinggi di Indonesia.
“BRIN sebagai lembaga pusat yang mengelola riset dan penelitian
itu tidak dapat mengerjakan secara mandiri. Sedangkan pemerintah telah
menganggarkan setidaknya 190 M yang diharapkan dapat bertumbuh lima tahun ke
depan. Maka, ini kesempatan yang baik untuk
seluruh Perguruan Tinggi sebagai pusat terbangunnya sebuah riset. Saat ini
dunia riset telah memulai era baru dimana riset itu berperan dalam mengembangkan
negara yang unggul,” ujar Desvian.
Di lain hal, Prof Ahmad Najib Burhani mengungkapkan bahwa saat ini
Perguruan Tinggi tidak lagi dapat mengandalkan mahasiswa untuk menghidupkan
sebuah kampus. Karena pada masa yang akan datang, riset menjadi pilar utama
yang akan menghidupkan kampus dan memberikan ruang yang lebih luas untuk
kampus.
“Mahasiswa itu mendapat dukungan dari riset. Maka lanjutannya income
kampus itu bisa berasal dari penelitian, hal ini sudah terjadi di perguruan
tinggi di luar sana. Maka ini menjadi poin penting untuk perguruan tinggi di
Indonesia agar dapat mengembangkan riset atau penelitian yang terbaru, karena
saat di masa depan riset dapat menjadi pilar utama dari ter-generatenya
suatu perguruan tinggi,” tutur Prof Ahmad Najib