KabarPendidikan.id - Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Satu menggelar Seminar dan Lokakarya Nasional (SEMILOKNAS) dengan tema Keluarga Sakinah sebagai Benteng Keluarga Berketahanan dalam Memperkuat Peradaban Bangsa. Seminar ini dilaksanakan secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan berlokasi di Aula AR Fachrudin lantai II Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka), Rabu (3/8).
Kegiatan ini turut
dihadiri oleh Elisa Kurniadewi selaku ketua panitia acara, Hamim Ilyas selaku
narasumber sesi 1, Prof Euis Sunarti selaku narasumber sesi 1, dan Era Catur
Prasetya selaku narasumber sesi 2.
Elisa Kurniadewi selaku
Ketua Panitia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
menyukseskan kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional ini sehingga dapat
berjalan dengan baik.
"Terima kasih
kepada seluruh panitia, pembicara, dan peserta yang telah bahu membahu sehingga
acara ini dapat berlangsung dengan baik. Penghargaan dan ucap seluruh
jajarannya Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, MPKU, RSIJ Satu, Uhamka,
beserta pihak lain bergandengan tangan untuk menyikapi pandemi saat ini. Selain
itu, sekaligus menjadi syiar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 ini.
Harapan kami, seminar ini dapat menguatkan komitmen kita untuk bergandengan
tangan memperkuat bangsa Indonesia, khususnya dalam persoalan kesehatan jiwa sehingga
bangunan kita berlandaskan moralitas serta nilai-nilai ilmu kehidupan,"
ujar Elisa.
Selanjutnya pada materi
pertama, Hamim Ilyas selaku narasumber dengan materi Masalah Kesehatan Mental terkait
Penyimpangan Seksual dalam Pandangan Muhammdiyah mengatakan, istilah tarjih
dalam Muhammadiyah tidak sekadar menjadi nama majelis, tapi menjadi sistem
pemikiran berdasar al-Quran dan sunnah yang dapat dipahami maksud dan tujuannya
untuk mewujudkan tujuan risalah Islam Rahmatan Lil’Alamin (IRLA). Ia
menambahkan bahwa kesehatan mental dan masalah orientasi seksual dalam
pandangan Muhammadiyah dapat dirumuskan dari perspektif tarjih.
“Menurut WHO, kondisi
sejahtera individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan
kehidupan secara normal, dapat bekerja secara produktif dan berubah, dan mampu
memberikan kontribusi kepada masyarakatnya.Dalam pengertian diri muthmaiinah
ada batasan spiritual agar kembali kepada Tuhan dan menjadi hamba-hamba
ar-Rahman. Secara psikologis, orang yang memiliki kesadaran terhadap kematian,
maka hidupnya bahagia dan matinya juga bahagia. Dan terkait orientasi seksual
menurut agama yang benar adalah hiteroseksual,” tutur Himam.
Prof Euis Sunarti
selaku narasumber dengan materi Pendidikan Nilai dalam Keluarga mengatakan,
ekologi keluarga sangat memengaruhi kualitas perilaku individu seseorang. Ia
juga mengatakan bahwa pada dasarnya nilai norma khususnya dari keluarga dan
dari luar yang bisa mendukung baik dan tidak baik, itulah yang memengaruhi
perilaku individu, anak, dan orang tua.
“Ketika keluarga
menjadikan nilai-nilai agama sebagai dasar tujuan hidup. Maka insyaAllah
gangguan-gangguan dalam keluarga akan disaring. Ketika keluarga memiliki perspektif bahwa
berkeluarga merupakan ibadah terlama bagi muslim, dimana pernikahan sebgai
pintu gerbangnya, dan kesiapan menikah sebagai bekalnya, maka seluruh anggota
keluarga terkhusus suami istri akan meredam seluruh hal-hal yang akan
menyebabkan konflik,” tutur Prof Euis.
Dr. Era Catur Prasetya
selaku Narasumber yang membawakan materi mengenai LGBT sebagai Masalah
Kesehatan Jiwa dan Bagaimana Kita Membantunya menjelaskan mengenai seorang
peneliti Malaysia yang menganalisis terkait LGBT.
“Ada seorang peneliti di Malaysia yang menulis
tentang LGBT apakah merupakan nature
atau bersifat alamiah ataupun ideologi. Di salah satu kesimpulannya, ia melihat
bahwa fenomena ini sebuah pedang bermata dua. Jadi ini tidak hanya terkait
dengan mereka yang memang berniat untuk kemudian menjadikan ini sebuah ideologi
tetapi juga saudara dan kerabat dekat kita yang mereka berada di dalamnya. Kita
dapat membantunya dengan mengingatkan orientasi adalah hasrat yang tidak perlu
diikuti perilaku dan menjadi identitas,” kata Dr. Era.