KabarPendidikan.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memasukkan daya saing perguruan tinggi Indonesia di kancah persaingan global menjadi salah satu indikator pencapaian Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024.
Kemendikbudristek berkolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mencetuskan dana abadi perguruan tinggi dengan nilai 7 triliun rupiah.
Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek meyakini dana abadi pendidikan itu dapat membantu perguruan tinggi di Indonesia. Maka perguruan tinggi di Indonesia dapat menjadi world class university atau universitas kelas dunia.
“Kemendikbudristek dan LPDP segera melaksanakan pemadanan (matching) bagi peningkatan dana abadi berupa dana pokok maupun investasi yang sukses digalang," kata Nadiem dalam peluncuran Merdeka Belajar episode 21: Dana Abadi Perguruan Tinggi.
Nadiem menyampaikan bahwa distribusi pendanaan guna peningkatan PTNBH menuju universitas kelas dunia terdiri dari tiga periode distribusi pendanaan program. Periode pertama dimulai tanggal 2 Juni hingga 31 Desember 2022 dengan total dana 445 miliar rupiah. Kemudian periode kedua dimulai tanggal 1 Januari hingga 31 Desember 2023 dengan total dana 350 miliar rupiah. Lalu periode ketiga dimulai tanggal 1 Januari hingga 31 Desember 2024 dengan total dana 500 miliar rupiah.
"Target program Dana Abadi Perguruan Tinggi agar PTNBH menjadi badan hukum yang mampu mengatur aset finansial secara mandiri. Semua PTNBH wajib meningkatkan sumber pendapatannya di luar bantuan pemerintah serta uang kuliah tunggal," imbuhnya.
Merdeka Belajar episode ke-21 pun memperkenalkan ekosistem penunjang berupa kebijakan dan sistem untuk mendirikan tata kelola perguruan tinggi yang dapat berdaya saing global.
Kebijakan itu mencakup Sistem Penilaian Angka Kredit Baru, Basis Data dan Informasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (BIMA), Science and Tchnology Index versi III (SINTA), serta Sistem World Class University (WCU) Analytics, dan PTNBH Analytics.
"Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Indonesia mempunyai peluang guna mengejar ketertinggalan pendanaan di pendidikan tinggi karena inovasi bisa terbentuk dengan kerja sama," pungkasnya.
(ADP)