KabarPendidikan.id - Sekolah tatap muka 100 persen akan dibuka. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong seluruh pemangku kebijakan terutama di bidang pendidikan agar ikutserta memulihkan layanan pendidikan dengan segera menginisiasi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Hal itu merupakan sesuai dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terbaru.
"Terkhusus pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik, serta keluarga peserta didik agar bekerja sama memulihkan layanan pendidikan serta mengejar ketertinggalan karena pandemi Covid-19," ujar Suharti selaku Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek.
Suharti memaparkan beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan guna pemulihan pembelajaran. Pertama, mendukung partisipasi pembelajaran tatap muka 100 persen yang aman. Kedua, pemulihan pembelajaran. Ketiga, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada layanan pendidikan. Keempat, dukungan terhadap pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik yang lebih terdampak karena pandemi Covid-19.
"Upaya pemulihan kondisi layanan pendidikan dan proses pembelajaran setelah pandemi Covid-19 ini dibutuhkan strategi serta melibatkan pihak yang mempunyai sumber daya untuk memfasilitasi pemulihan pembelajaran secara terstruktur, sistematis, dan komprehensif," imbuhnya.
Katheryn Bennet selaku Kepala Unit Pendidikan UNICEF Indonesia, menyebutkan bahwa sejak tahun 2020 pihaknya berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga terkait guna mendorong pemulihan pembelajaran dan membangun sistem pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan agar semua peserta didik merasa nyaman belajar selama ataupun setelah pandemi.
"Lebih dari 500 ribu sekolah atau madrasah wajib mengadakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimulai awal Maret 2020 dan berdampak terhadap 60 juta siswa. Tantangan agar mengadakan PJJ sudah membuat banyak peserta didik tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka. Banyak pihak yang khawatir dengan kondisi ini, termasuk anak-anak dan orang tua," ujarnya.
Mengutip temuan UNICEF dan World Bank, Katheryn mengatakan bahwa seluruh ekosistem pendidikan perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di berbagai daerah guna memulihkan kondisi pembelajaran. Hal ini juga penting untuk mempertahankan peserta didik dapat belajar di sekolah.
"Kita juga perlu mengejar pembelajaran yang tertinggal atau hilang. Terakhir, kita harus membangun ekosistem pembelajaran yang kondusif agar setiap anak merasa nyaman dan siap untuk belajar," pungkasnya.
(ADP)