Oleh : Nadya Azzahra Putri
Mahasiswa FKIP Uhamka
Setelah maraknya kemunculan manusia silver di jalanan, sekarang berubah era menjadi maraknya kemunculan badut jalanan. Badut jalanan itu sebenarnya sama dengan pengamen, namun mengamen menggunakan media yang berbeda. Yang lazim di temukan dari dulu adalah orang mengamen itu membawa alat musik sambil bernyanyi, tetapi sekarang ternyata mengamen itu banyak macamnya. Salah satunya yaitu seperti yang sudah di sebutkan di atas, mengamen dengan menggunakan kostum badut. Pengamen badut jalanan itu juga macamnya. Dari yang memakai kostum badut dengan karakter tokoh kartun sampai yang sering saya jumpai dan sekarang kian marak lagi yaitu pengamen dengan menggunakan kostum badut serta menggunakan wig rambut ikal lengkap dengan topeng khas badutnya itu.
Seperti yang kita rasakan sejak awal atau pertengahan pandemi, masyarakat di hebohkan dengan fenomena badut jalanan yang banyak sekali di temukan di jalan. Saya sendiri merasakan ketika baru hendak keluar jalanan pasti badut itu sudah terlihat. Yang membuat heran adalah jumlah mereka yang sangat banyak. Baru keluar sudah berjumpa dengan badut itu, lalu baru setengah jalan sudah terlihat lagi bahkan rasanya seperti di sepanjang jalan itu mereka ada.
Kemunculan badut jalanan itu memang sudah ada dari dulu tetapi masih dengan jumlah yang sedikit namun entah mengapa sekarang kemunculan badut jalanan itu menjadi menjamur. Menjamurnya mereka ternyata di latar belakangi oleh masalah ekonomi. Dimana mereka harus tetap memenuhi kebutuhan hidup di era pandemi yang serba sulit ini. Jalan salah satunya yaitu dengan mengamen menggunakan kostum badut warna-warninya itu. Mereka berjalan menyusuri jalanan, toko-toko, rumah warga sambil menadahkan ember, berjoget ria guna menghibur para orang di jalan untuk mengumpulkan recehan demi sesuap nasi.
Badut yang kita temukan di jalan sekarang ini bukan hanya orang dewasa saja ataupun orang tua yang sudah lanjut usia, malah kebanyakan yang di temukan di jalan itu adalah anak kecil. Bisa di lihat dari postur tubuhnya yang memang kecil layaknya seorang anak berusia belasan tahun bahkan jauh di bawah usia itu. Tujuannya mereka sama-sama ingin mencari uang dengan mengamen tersebut. Tak perduli dengan keselamatan mereka karena turun ke jalanan mengingat resiko yang terjadi karena mereka yang masih di bawah umur. Orang dewasa juga rela melakukan profesi itu agar tidak menganggur dan berdiam diri saja di rumah.
Dari hal-hal yang telah di jabarkan, negeri kita ini tidak pernah luput dari masalah ekonomi. Pasti pada setiap tahunnya muncul fenomena-fenomena baru yang jika di telusuri, tak ayal lagi jika yang melatarbelakangi atau yang menjadi penyebabnya itu adalah karena ekonomi. Tetapi inilah realitanya. Fenomena badut jalanan yang kian marak di Indonesia ini merupakan salah satu contoh bentuk krisis ekonomi yang timbul akibat pandemi COVID-19.