Kabarpendidikan.id - Sejumlah penyakit muncul akibat imunisasi di sekolah harus dihentikan karena timbulnya virus Covid-19 pada awal Maret 2020, hal di sampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja.
"Sejak sekolah ditutup, ditemukan kasus polio di beberapa tempat, difteri dan dampak rubella, padahal semua penyakit ini sebelumnya pernah nol di Indonesia," ujar Henky.
Henky menjelaskan imunitas tubuh anak akan berpengaruh jika imunisasi di sekolah dengan berbagai jenis vaksin. Tetanus, polio, TBC, difteri, campak, rubella dan kanker rahim merupakan sejumlah penyakit yang bisa terjadi karena tidak adanya pemberian vaksin anak.
"Kami memang belum punya datanya untuk wilayah Sulsel, tapi memang ada beberapa kasus di Sulsel maupun provinsi lainnya, kalau polio ada meluas KLB di Papua dan Jawa Barat," ujar Henky.
Henky menjelaskan bahwa pemerintah telah mengampanyekan layanan imunisasi di sekolah yang diakui cakupannya cukup rendah sebelum pandemi, tetapi kondisi semakin parah dengan adanya virus Covid-19 yang mengakibatkan semua layanan dihentikan.
"Selama masa pandemi, murid juga tidak ke sekolah. Nah, maka dari itu sekarang pemerintah berusaha kembali mengampanyekan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) untuk Tahun 2021 di Sulsel," tutur Henky.
Pemerintah Provinsi Sulsel bersama Unicef telah meriliskan Program BIAS 2021 ini untuk meningkatkan imunitas anak. Untuk kelas 1 ditargetkan imunisasi jenis vaksin difteri tetanus.
"Imunisasi ini difokuskan untuk anak-anak, jadi tidak ada batas waktunya dan terus berlanjut," tutur Henky.
Henky mengemukakan bahwa saat pandemi, mobilitas terganggu dan banyak layanan kesehatan teralihkan, sehingga dengan dibukanya kembali sekolah maka imunisasi anak kembali digelar.
"Kami mau mengampanyekan pentingnya imunisasi rutin karena sekolah telah dibuka kembali dan sebelumnya memang pelayanan kesehatan kepada anak tidak maksimal. Pemerintah Indonesia yang menyediakan vaksin imunisasi lengkap bagi anak-anak dan ini sangat disayangkan jika tidak terdistribusi," ujar Henky.