Windy Oktaviani
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fikes Uhamka
Media Sosial sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini. Bahkan sebagian orang harus selalu membagikan kesaharianya lewat media sosial.
Apakah anda termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang selalu mengecek media sosial berkali-kali?
Media sosial memang bisa menghubungkan kita dengan siapapun dan dari manapun, serta bisa mengusir kebosanan. Tapi, media sosial juga bisa menjadi pemicu depresi, adiksi atau distraksi dari hal-hal lainnya yang lebih penting.
Lalu, apakah itu berarti media sosial berbahaya bagi kesehatan mental?
Psikolog klinik, Scott Bea, PsyD mengatakan, salah satu fitur menarik pada media sosial adalah bagaimana orang-orang bisa memberikan umpan balik positif terhadap kita, melalui tombol "like", kolom komentar atau fitur membagi unggahan.
Meski begitu, media sosial juga memiliki sisi gelap. Setidaknya ada lima dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental, jika kita terlalu banyak mengaksesnya
1. 1. Merasa harga diri berkurang
Di media sosial, orang-orang cenderung menampilkan sisi terbaik dirinya atau kehidupannya.
Bea mengatakan, kecenderungan ini memberikan gambaran yang tidak realistis terhadap kehidupan sesungguhnya dan membuat sebagian orang merasa hidup mereka tidak begitu baik.
Dari waktu ke waktu, membandingkan diri sendiri dengan hidup orang lain secara terus-menerus bisa membuat seseorang merasa harga dirinya berkurang.
2. Kecemasan
Pola media sosial memaksa sebagian orang untuk terus mengaksesnya, karena ingin mengetahui hal-hal aktual.
Sebab, mereka takut ketinggalan hal-hal baru. Sejumlah studi menunjukkan, bahwa rasa takut melewatkan sesuatu -fear of missing out (FOMO)- terkadang bisa meningkatkan rasa ketidakpuasan atau kecemasan.
"Orang-orang melakukannya untuk meyakinkan diri mereka sendiri, namun hal ini justruseperti obat dengan waktu hidup yang pendek," katanya.
3. Gangguan tidur
Para peneliti dari University of Pittsburg memelajari perilaku bermedia sosial dari 1.700 orang dewasa berusia 19 hingga 32 tahun.
Mereka menemukan, bahwa partisipan yang menggunakan media sosial lebih sering memiliki risiko sulit tidur tiga kali lebih besar daripada yang lainnya.