Kabarpendidikan.id Manusia merupakan makhluk sosial yang kesehariannya tidak lepas dari proses komunikasi. Komunikasi menjadi basis interaksi manusia dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan profesi gelandangan.
Dosen Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka), Syaiful Rohim, melakukan penelitian mengenai perilaku komunikasi gelandangan pada hubungan interpersonal. Penelitian bertajuk “Vagrants’ Communication Behavior in Interpersonal Relations in Jakarta” itu meneliti gelandangan di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Syaiful Rohim mengatakan, sampel yang diambil untuk penelitian ini yaitu sepuluh gelandangan yang ada di beberapa tempat di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Penelitian, kata dia, dilakukan dengan melakukan pengamatan dan wawancara.
Dia menjelaskan, data yang didapat dari pengamatan dan wawancara kemudian dianalisis menggunakan teori Johari Window untuk menjelaskan kerangka yang mendasari para gelandangan melakukan komunikasi interpersonal dan intrapersonal. “Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa para gelandangan melakukan komunikasi dengan membagi diri ke dalam daerah terbuka dan tertutup,” ujar Syaiful, Selasa (19/10).
Melalui penelitiannya, Syaiful pun menemukan fakta bahwa gelandangan berkomunikasi dengan mekanisme manajemen kesan yang dibuat untuk mengelola dan mengatur berperilaku dalam komunikasi interpersonal dan hubungan dengan orang lain. Hal itu sebagai bentuk adaptasi dan upaya menjaga harmoni dalam interaksi sosial dan komunikasi.
“Sehingga, dapat disimpulkan, gelandangan sebagai bagian dari sistem dan struktur sosial masyarakat, punya tradisi dan budaya yang perlu dihargai, diperhatikan, dan dipertimbangkan seluruh cara dan aktivitas sosial dan komunikasinya,” ungkapnya.
Dosen Uhamka tersebut juga menceritakan ketika melakukan wawancara para gelandangan kerap merasa khawatir dan takut. “Ketika saya dekati, mereka terlihat merasa khawatir. Takut kalau saya petugas keamaan atau mata-mata yang menyamar dan menelusuri tempat tinggal mereka,” ungkapnya.
Meski begitu, kata dia, dalam prosesnya penelitian ini relatif berjalan lancar, bergantung situasi saat pertemuan. “Terkadang, saya menemui mereka ketika sedang mencari barang-barang bekas atau saat mengobrol dengan keluarganya sambil menunggu belas kasihan dari pengguna kendaraan yang lewat,” ujarnya.