Karya Faridatul Hilmiyah
Mahasiswa S1 Pendidikan B.Indonesia FKIP Uhamka
Lebih setahun pandemi COVID-19 telah melanda berbagai negara di belahan dunia. Dampak pandemi telah dirasakan begitu kuat mengguncang sendi–sendi kehidupan. Tak hanya di bidang ekonomi saja, namun kehidupan sosial juga mengalami dampak yang tidak terelakan. Tekanan ekonomi sangat dirasakan oleh kegiatan yang berkaitan dengan mobilisasi penduduk, terutama kegiatan pariwisata. Penurunan aktivitas ekonomi, tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha di bidang pariwisata, namun dirasakan pula oleh petani. Dampak tersebut dirasakan pada hasil pemasaran produk pertanian. Fenomena tersebut tidak lepas dari adanya permintaan pasar yang mulai lesu karena merebaknya pendemi Covid-19. Kegiatan pertanian yang cukup berat mengalami tekanan di masa pandemi Covid-19 adalah sub kategori perkebunan semusim dimana nilai tambahnya terkonstraksi sampai di titik minus 4,33 persen. Hal tersebut kemungkinan diakibatkan karena adanya pengaruh musim yang kurang menguntungkan sehingga berdampak terhadap produksi yang mulai merosot jika dibandingkan dengan produksi di tahun sebelumnya. Hal senada juga dialami oleh sub kategori lainnnya seperti sub kategori tanaman hortikultura semusim yang mengalami penurunan nilai tambah produksi menyentuh minus 2,46 persen. Dengan adanya pembatasan aktivitas dalam rangka meminimalisir penyebaran Covid-19, turut serta mempengaruhi rantai pemasaran dan perdagangan produk pertanian. Hal tersebut memberikan tekanan bagi petani dari sisi pemasaran produk–produk yang dihasilkan. Selain itu dari sisi harga juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap komoditas hasil–hasil pertanian. Seperti yang kita ketahui bersama rumah tangga pertanian merupakan sebagian besar penyumbang penduduk miskin. Hal tersebut terungkap dari laporan yang dikeluarkan BPS tahun 2020, yakni sebesar 46 persen penduduk miskin di Indonesia memiliki penghasilan utama di sektor pertanian. Ditambah dengan adanya pendemi Covid-19 tentunya akan memperparah kondisi rumah tangga miskin khususnya yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Berbagai upaya perlu disusun oleh pemangku kebijakan agar daya beli petani tetap terjaga di tengah adanya pandemi Covid-19. Walaupun pertanian tidak terdampak langsung seperti sektor pariwisata dan jasa–jasa, namun dengan adanya penurunan aktivitas ekonomi akan turut mempengaruhi pemasaran produk–produk hasil pertanian. Program–program khusus perlu digulirkan guna mengembalikan daya beli petani, khususnya menyangkut pemasaran dan stabilitas harga di masa pendemi Covid-19. Dengan demikian upaya–upaya tersebut mampu melindungi daya beli petani agar dapat tetap bertahan melewati badai pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.