Karya Sindy Yustia
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Berdasarkan laporan World Tourism
Organization (WTO), total kunjungan turis di seluruh dunia dalam tiga tahun
terakhir hampir mencapai 1 miliar orang per tahun. Dalam tahun 2007, jumlah
kunjungan turis mencapai 901 juta orang, kemudian meningkat sekitar 2,0%
menjadi 919 juta orang dalam tahun 2008, dan menurun sekitar 4,2% menjadi 880
juta orang dalam tahun 2009. Perkembangan jumlah kunjungan turis ini praktis
mempengaruhi pendapatan devisa pariwisata (tourism receipts), yaitu dari
sebesar US$858 miliar dalam tahun 2007 meningkat sekitar 9,7% menjadi US$941
miliar tahun 2008 dan kemudian turun sekitar 9,5% menjadi US$852 miliar tahun
2009. Penurunan jumlah kunjungan dan pendapatan dari pariwisata dunia pada
tahun 2009 terjadi sebagai dampak dari krisis keuangan global dan resesi
ekonomi (WTO, 2010).
Bila dicermati perkembangannya di
Indonesia terlihat bahwa jumlah kunjungan turis cenderung meningkat, yaitu dari
5.506 juta pada tahun 2007 menjadi 6.234 juta pada tahun 2008, atau tumbuh
sekitar 13,2% dan meningkat sekitar 1,4% menjadi 6.324 juta pada tahun 2009.
Dalam tahun 2009 saja Indonesia mampu menyerap sekitar 0,72% dari jumlah
kunjungan turis dunia. Namun demikian, peningkatan jumlah kunjungan tidak
diikuti dengan bertambahnya pendapatan devisa pariwisata. Dalam tahun 2007
pendapatan devisa pariwisata mencapai US$5.346 juta, kemudian meningkat sekitar
38,0% menjadi US$7.378 juta dalam tahun 2008, dan dalam tahun 2009 turun
sekitar 14,4% menjadi US$6.318 juta. Jumlah pendapatan devisa tahun 2009 ini
setara dengan 0,74% dari pendapatan pariwisata dunia.Menurut Buku Saku
Kementerian Pariwisata (2016), kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 % atau sebesar
Rp 946,09 triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014
telah mencapai Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar
11 juta orang. Sektor
Pariwisata memberikan dampak positif pada aliran devisa masuk. Jasa perjalanan
menunjukkan secara konsisten berkontribusi positif terhadap neraca jasa dengan
nilai yang semakin meningkat. Pada tahun 2017 tercatat USD4,23 miliar, lebih
tinggi dibandingkan USD3,64 pada tahun 2016. Surplus dari transaksi jasa
terutama pariwisata dan perjalanan sebesar 0,77% PDB di tahun 2017. Disamping
dampak sektor pariwisata dalam menarik devisa masuk ke Indonesia, sektor
pariwisata juga berkontribusi pada aliran devisa ke luar. Ada beberapa hal yang
memungkinkan terjadinya aliran devisa keluar (leakage) dalam pariwisata.
Melalui mekanisme dorongan terhadap sektor
ekonomi yang terkait dengan sektor pariwisata, seperti hotel dan
restoran,industri kerajinan dan lain- lain pariwisata juga mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Itulah mengapa, percepatan
pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dapat
dilakukan dengan mempromosikan pengembangan pariwisata. Akselerasi pertumbuhan
pariwisata menjadi strategi dari akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemerintah membuat rencana program pembangunan pariwisata yang dilakukan dengan
berbagai strategi seperti pengembangan pasar wisatawan, pengembangan citra
pariwisata dan pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata.Sasaran pembangunan
pariwisata adalah meningkatnya usaha lokal dalam bisnis pariwisata dan semakin
banyaknya jumlah tenaga kerja lokal yang tersertifikasi. makin besar kontribusi
sektor pariwisata terhadap perekonomian suatu wilayah, makin besar pula
kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh LPEM
FEB UI menunjukkan bahwa sektor pariwisata secara umum memiliki peran yang penting
dalam perekonomian Indonesia yang digambarkan oleh efek pengganda (multiplier
effect) di Indonesia. Efek pengganda menyebabkan seluruh pengeluaran wisatawan,
pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah memberikan dampak ekonomi berupa
pertambahan output, nilai tambah, pendapatan, dan penciptaan tenaga kerja di
Indonesia. peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan baik itu wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara
dan wisatawan nasional. Pertumbuhan wisatawan mancanegara sebesar 16,7% dari
tahun 2016 ke 2017. Pertumbuhan wisatawan nusantara sebesar 2,2% dari tahun
2016 ke 2017. Pertumbuhan wisatawan nasional sebesar 5% dari 2016-2017.
Pertumbuhan jumlah kunjungan ini akan memberikan dampak pada perekonomian
secara luas. Tenaga
kerja di sektor pariwisata sebesar 12,3 juta. Bila dilihat dari status
pekerjaannya berusaha sendiri (28,5%), kemudian buruh (25,7%), dan berusaha
dibantu buruh tidak tetap (23,1%), dan pekerja tak dibayar (17,5%). Distribusi
sektor pekerja bidang pariwisata adalah perdagangan dan penyediaan makanan,
masing masing 41% dan 46%.Bila dibandingkan dengan negara- negara lain dalam
satu kawasan, sektor pariwisata Indonesia masih relatif tertinggal dari segi
dukungan lingkungan, kebijakan, infrastruktur dan besaran dampaknya pada
perekonomian.Karena Pertama, wisatawan Indonesia yang
berwisata ke luar negeri. Kedua,impor barang dan jasa pariwisata dari luar
negeri seperti jasa angkutan, maskapai asing, jasa manajemen organisasi
perjalanan asing, jasa keuangan, jasa atraksi/rekreasi yang mendatangkan artis
dari luar negeri termasuk di sini adalah penggunaan tenaga kerja asing. Ketiga,
transfer profit dari penanaman modal (FDI) ke perusahaan induknya di luar
negeri.