Selain itu, ia mengatakan, terjadi perubahan tren dalam otonomi pekerja seperti karier ke depannya ditentukan oleh pekerja bukan perusahaan. Hetifah menambahkan, ke depan juga akan terjadi tren perubahan pemberdayaan teknologi seperti adanya digitalisasi dan otomatisasi pengolahan data yang semakin masif.
"Untuk menghadapi tantangan SDM masa depan yang begitu kompleks, dimana dunia pendidikan kita dihadapkan pada berbagai permasalahan yang harus segera diatasi secara holistik," kata Hetifah, saat menjadi pembicara webinar BEM HMCH Universitas Pendidikan Indonesia, dalam keterangannya, Ahad (4/7).
Terkait hal tersebut, ia mengatakan, penting untuk membuat peta jalan pendidikan nasional yang holistik. Di dalamnya, seluruh pemangku kepentingan pendidikan termasuk siswa harus menjadi agen perubahan.
Ia melanjutkan, saat ini yang harus ditingkatkan adalah partisipasi pendidikan yang tinggi, hasil belajar berkualitas, dan distribusi pendidikan yang merata. Beberapa perbaikan pun harus didorong untuk mencapai target tersebut.
"Infrastruktur dan teknologi, kebijakan, prosedur dan pendanaan, kepemimpinan masyarakat dan budaya, serta kurikulum, pedagogi, dan asesmen," kata Hetifah menambahkan.
Guru Besar UPI Bunyamin Maftuh mengatakan untuk berbicara pendidikan di masa depan, tidak dapat dilepaskan dari pendidikan masa kini dan masa lalu. Pendidikan pada setiap zamannya diwarnai dengan tantangan dan orientasi yang berbeda sesuai dengan konteks zamannya.
Bunyamin juga berpesan agar siswa pada abad 21 harus menjadi pemikir kritis, penyelesai masalah, inovator, berkomunikasi dan berkolaborasi efektif, mengarahkan diri sendiri, paham informasi dan media, paham dan sadar masalah global. Di samping itu, siswa pada abad 21 juga harus memikirkan kepentingan umum serta tampil dalam keuangan, ekonomi, dan kewirausahaan. (AL)