Karya Alifia Savira
Mahasiswa FKIP Uhamka
Perempuan itu katanya harus begini, harus begitu, jangan lakuin ini, jangan lakuin itu. Padahal perempuan itu tidak harus jadi apa-apa. Mereka hanya cukup jadi diri mereka sendiri. Namun kenyataannya menjadi perempuan terkadang sulit. Mereka kerap menjadi korban oleh tangan-tangan kotor yang menyentuh tubuhnya tanpa rasa bersalah. Mereka kerap menjadi bungkam karena ketakutan. Ketakutan akan dunia yang jarang mendengar suaranya.
Hingga detik ini kasus pelecehan seksual masih menjadi masalah yang terus menerus terjadi. Meskipun ada laki-laki yang menjadi korban, fakta mengatakan bahwa perempuan masih menjadi sasaran pelecehan seksual dibanding dengan laki-laki. Pelecehan seksual bisa ditemui dimana-mana dan pelakunya bisa orang tidak dikenal maupun orang yang dikenal. Bentuk pelecehan seksual pun beragam, dari yang paling sering terjadi yaitu melakukan kontak mata pada bagian tubuh perempuan, catcalling, mengungkapkan bercandaan dengan unsur seksual, sampai yang sudah memasuki level parah yaitu meraba-meraba tubuh korban atau memaksa melakukan hubungan seksual.
Kasus pelecehan seksual semakin marak terjadi karena para pelaku lolos dan tidak diberi hukuman. Mereka bebas berkeliaran dan melakukan hal tersebut berulang-ulang. Lalu, alasan mengapa laki-laki melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan adalah karena mereka merasa bahwa perempuan adalah kaum lemah yang akan mudah untuk ditaklukan. Laki-laki juga kerap merasa bahwa mereka memiliki kuasa sehingga mereka bisa melakukan hal-hal yang mereka anggap pantas dilakukan padahal sebetulnya tidak. Bisa jadi juga karena laki-laki tersebut memiliki hasrat yang tidak bisa dia salurkan sehingga hasrat tersebut menjadi menggebu-gebu, lalu di dorong dengan pengaruh alkohol, mereka akan tanpa sadar melakukan pelecahan seksual terhadap perempuan yang mungkin saja mereka temui ketika sedang berpapasan dan masih banyak lagi penyebab-penyebab lain yang mendorong laki-laki untuk melakukan tindakan seksual terhadap wanita. Terkadang seorang perempuan pun tidak menyadari bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual karena mereka fikir ketika laki-laki melakukan catcalling, itu hanyalah bercanda dan hal tersebutlah yang memicu laki-laki melakukan pelecehan seksual lebih jauh.
Namun anehnya, perempuan adalah korban tapi mereka juga yang disalahkan atas pelecehan seksual yang mereka terima. Salah satu yang paling sering disebutkan adalah karena gaya pakaian wanita yang kurang sopan dan mengundang nafsu laki-laki. Padahal sebenarnya akar dari masalah ini adalah bukan karena pakaian sang perempuan melainkan laki-laki yang memiliki cara pandang perempuan sebagai objek mereka. Kenapa perempuan korban pelecehan seksual selalu disalahkan? Menurut sosiolog dan antropolog dari Unpad, Budi Rajab, hal itu terjadi karena masyarakat kita berpikirnya masih patriarkis. Termasuk para pemimpin, khususnya yang berjenis kelamin laki-laki, sehingga solusinya juga patriarkis.
Untuk menyikapi hal ini ,memang betul kalau sebaiknya perempuan menjaga pakaiannya tetapi itu juga berarti laki-laki harus menjaga hasratnya. Yang menjadi masalah lain juga karena perempuan kerap diam ketika menjadi korban pelecehan seksual. Dua alasan utama mengapa perempuan tidak melakukan apa pun ketika menjadi korban pelecehan seksual adalah rasa malu dan rasa takut. Mereka malu jikalau harus menceritakan ini kepada orang lain karena mereka fikir ini adalah aib. Mereka juga takut untuk bersuara karena takut dianggap tidak bisa menjaga diri. Korban pelecehan seksual bukan hanya takut kepada pelaku, biasanya mereka juga takut dengan tanggapan yang akan mereka terima dari orang-orang karena ya itu tadi, pemikiran patriarki masyarat yang bisa jadi menyalahkan dirinya dan memandangnya buruk. Tanpa sadar pemikiran patriaki juga mengkontaminasi pemikiran para korban, mereka akan berfikir kalo mungkin iya alasan kenapa dia menjadi korban adalah karena gaya pakaiannya, karena dirinya yang mungkin menggoda, padahal sebenarnya tidak selalu begitu. Hal-hal tersebut menjadi masalah yang menimbulkan perempuan takut untuk speak up dan para pelaku lolos. Itulah sebabnya, di zaman sekarang para perempuan harus lebih berani untuk bersuara karena mereka bukanlah pihak yang salah. Kalau memang banyak orang di dunia ini yang bersuara terlalu keras sampai meredam suaramu, maka tidak ada salahnya untuk bersuara lebih keras. Jangan malu dan jangan takut karna manusia punya hak untuk bersuara dan didengar.