Kabarpendidikan.id Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim menegaskan akan terus berupaya melakukan perbaikan sistem pendidikan dengan program Merdeka Belajar. Meski dia mengakui dibutuhkan perjalanan panjang untuk mencapai suksesnya merdeka belajar dan harus dimulai dari saat ini.
"Cara mencapainya ini perjalanan yang lama, jauh lebih lama dr 4-5 tahun, kita harus mulai dengan beberapa perubahan fondasi dari sistem pendidikan," kata Nadiem dalam Economic Update, Senin (19/7/2021).
Hal pertama yang diterapkan adalah menerapkan sistem pengukuran, dari pengukuran standar nasional ke internasional. Kemudian mengubah ujian nasional menjadi assessment nasional yang selaras dengan numerasi literasi standar internasional.
"Kita formulasi sistem nasional untuk memastikan guru-guru dan sistem pendidikan Indonesia memiliki kualitas yang terbaik. Program guru moderat, sehingga kepala sekolah yang disebarkan di berbagai macam daerah bisa membawa perubahan kepemimpinan dulu baru akan turun pada budaya belajar di sekolah," kata Nadiem.
Selain itu, merdeka belajar juga termasuk dalam beban administratif. Selain itu, merdeka belajar juga termasuk kurikulum yang kaku sehingga jika anak didik kesulitan belajar guru bisa menyesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
"Biasanya anak terpaksa belajar yang terlalu sulit, kami mau ubah agar guru-guru bisa maju atau mundur kurikulum sesuai kebutuhan anak, dan lebih banyak project base learning untuk mengasah kompetensi yang jauh lebih penting dari menghapal," ujarnya.
Melalui project base learning anak-anak diharapkan bisa mengasah kemandirian, kreatifitas, dan karakter. Nadiem menilai project base learning memegang peran penting untuk melepas sekat-sekat di dunia pendidikan.
"Perguruan tinggi kampus merdeka adalah melepaskan sekat antara dunia industri dan universitas, melepas yang disebut belajar, mengabdi pada masyarakat dan riset, melepaskan sekat fakultas dan universitas," pungkas Nadiem.
Nantinya di kampus, semua semua perusahaan, lembaga riset, dan organisasi nirlaba kelas dunia bisa menjadi mini universitas dan memberikan 20 sks pengajaran. Nadiem mengatakan dalam 5-10 tahun ke depan Indonesia akan dilihat sebagai pionir dalam kemajuan pendidikan, bukan lagi yang hanya mengejar ketertinggalannya.
Menurutnya, Indonesia saat ini butuh perubahan mindset yang berbeda, yakni bahwa anak muda mengambil risiko demi karir adalah hal yang normal. Selain itu, kegagalan dalam proses dengan mencapai cita-cita harus menjadi mindset sesuatu yang normal.
"Anak muda kita perlu berpikir bahwa mengambil risiko dalam karir mereka adalah normal dalam upaya mereka meluncurkan sesuatu. Dan mereka harus melihat kegagalan adalah hal normal dalam proses, kegagalan sebagai proses," ujarnya.
Selain itu, dia menyoroti bahwa gotong royong dan kolaborasi dengan masyarakat dan ekosistem itu menjadi hal yang penting. "Karena saat ini harapan saya perubahan yang dilakukan akan menimbulkan kepercayaan diri untuk mengambil risiko dan hal yang berbeda dan itu harapan pribadi saya perubahan ini akan mencetuskan inovator yang baru dan berani mengambil risiko," ujar Nadiem. (AL)