Karya Claudia Dita Arsani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Uhamka
Berkaitan dengan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas merupakan bentuk apresiasi kepada pelopor pendidikan Indinesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Mengulas sedikit tentang perjuangan untuk memajukan pendidkan di bumi Indonesia, beliau sempat mendirikan salah satu Taman Siswa untuk sekolah kerakyatan di Yogyakarta. Kemudian beliau juga sempat menulis berbagai artikel yang intinya memprotes berbagai kebijakan para penjajah (Belanda) yang kadang membunuh serta menghambat tumbuh dan berkembangnya pendidikan di Indonesia. Hingga salah satu artikel "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: Als ik eens Nederlander was) yang pernah dimuat dalam surat kabar de Expres milik Douwes Dekker tahun 1913 adalah salah satu artikel yang mengubah paradigma banyak orang. Terlebih khusus para penjajah bahwa orang Indonesia khususnya penduduk pribumi membutuhkan pendidikan yang layaknya sama dengan para penguasa dan kalangan berduit.
Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sejarah Hardiknas pun tak lepas dari sosok pejuang pendidikan di zaman kolonial yaitu Ki Hajar Dewantara. Bapak Pendidikan Nasioanal Indonesia yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat ini merupakan sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menjelaskan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Untuk saat ini pendidikan di Indonesia kurang merata pendistribusiannya baik dari segi tenanga pengangajar atau fasilitas sekolah itu sendiri, banyak daerah pelosok atau pedesaan yang belum terjangkau dengan pendidikan sehingga anak yang ingin bersekolah harus menempuh jarak yang jauh dalam untuk memenuhi pendidikan, terkadang kondisi jalan juga yang tidak memadai sehingga semakin menyulitkan untuk mendapatkan pendidikan itu sendir. Sedangkan dalam UUD 1945 alinea ke 4 salah satunya berbunyi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” pendidikan ini dianggap penting karena pendidikan dapat menunjukkan arah bangsa ke masa yang akan datang.
Kembali lagi kepada makna hari pendidikan. Sebuah semboyan yang ditinggalkan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, memiliki makna: di depan seorang pendidik memberi contoh, di tengah pendidik memberi bimbingan, dan di belakang pendidik memberikan dorongan. Sombayan ini berarti guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga untuk mendidik dan memberikan teladan yang baik bagi muridnya.
Harapan besar untuk pendidikan di Indonesia agar seamen baik. Banyak pembaharuan yang di lakukan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan agar pendidikan di Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebagai pemuda kita harus memaksimalkan apa yang telah menjadi perjuanga bapak pendidikan nasional kita yaitu Ki Hadjar Dewantara yang telah merubah pemikiran orang-orang pada saat itu bahwa pentingnya pendidikan bagi penduduk pribumi. Banyak hal yang dapat di lakukan sebagai pemudah salah satunya adalah memerangi rasa malas dalam mencari ilmu hingga kita menjadi “Lubuk Akal Tepian Ilmu” yaitu seseorang dengan banyak ilmu pengetahuan. Penggunaan internet dapat menjadi salah satu solusi dalam peningkatan kualitas pendidikan dan penggunaan ini telah banyak di terapkan dengan memasang perangkat untuk mengakses internet. Selain penggunaan internet pembaharuan inovasi dalam pendidikan juga perlu hal ini di harapkan untuk peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia agar semua dapat di jangkau. Pada saat inovasi dan penggunaan internet ini telah menyebar rata di harapkan peningkatan kualitas SDM juga meningkat dan dapat membawa pembaharuan bagi bangsa ini.