Karya Farah Andarizqi
(Mahasiswa Perbankan Syariah FAI UHAMKA)
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas hingga jenjang Perguruan Tinggi tidak luput dari yang namanya “tugas”. Pasti akan ada pemberian tugas di setiap jenjang pendidikan. Tugas atau yang biasa dikenal dengan Pekerjaan Rumah, merupakan perintah dari guru atau dosen untuk mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi yang telah diberikan atau dipaparkan dengan imbalan nilai. Seringkalli pemberian tugas atau pekerjaan rumah yang berlebihan membuat siswa dan mahasiswa merasa tertekan. Pasalnya, pemberin tugas yang berlebihan sangatlah tidak efektif untuk kecerdasan seseorang.
Saya pernah berpikir bahwa ketika guru atau dosen memberi tugas yang amat berlebihan, maka siswa atau mahasiswa akan tidak mempunyai waktu me time atau Q-time bersama keluarga dan teman-temannya. Hal ini tentunya akan membuat kesehatan mental atau psikis menjadi menurun karena yang ada dipikirannya hanyalah “tugas harus selesai supaya mendapat nilai”. Bahkan mereka seringkali mengabaikan kesehatan fisiknya hanya demi menyelesaikan tugas yang belum tentu guru atau dosen akan memeriksanya dengan teliti. Tak jarang dari mereka yang mengabaikan makan, sehingga penyakit lebih mudah menyerang karena kurangnya asupan gizi.
Pemberian tugas yang berlebihan juga akan berdampak buruk bagi anak-anak sekolah dasar kelas 1,2, dan 3 yang notabennya mereka masih mengutamakan main bersama teman-temannya dan akan merusak mentalnya apabila ditekankan dengan tugas yang terus-menerus. Terkadang tugas yang diberikanpun tidak sesuai dengan jenjang kelas, tingkat kesulitan dalam tugas juga sering diperdebatkan hingga saat ini. Walaupun di era sekarang pengerjaan tugas sudah semakin mudah prosesnya dengan adanya kemajuan teknologi dan mesin pencari (Google), namun jika berlebihan tetap tidak baik.
Pendidikan di Indonesia menurut saya masih terlalu mementingkan nilai ketimbang bakat anak. Tidak heran jika anak-anak Indonesia seringkali mengalami depresi di usia dini. Tidak lain dan tidak bukan penyebabnya hanyalah karena tekanan tugas yang berlebihan di sekolah maupun di universitas. Sepatutnya, kita mencontoh sistem pendidikan di negara-negara maju yang mengedepankan bakat anak daripada nilai dan peringkat. Nilai dan peringkat tidak bisa dijadikan acuan untuk nanti melamar pekerjaan, karena di zaman sekarang ini yang diperlukan hanyalah soft skill dan attitude yang baik.