Oleh Drs. Mardanis Darja, SH
(Wakil Ketua PRM Situsari)
Kisah ini dimulai dari ayat 258, pada surat al-Baqorah yang dicantumkan di dalam alquranul Karim, yakni: “Alam taroo ilallazii hajja Ibrohiima fi robbihi an ataahul loohul mulka izqoola Ibroohiimu robbiyal lazii yuhyii wa yumiitu, qoola ana uhyi wa umiitu. Qoola Ibroohiimu fa innal looha ya’ti bisy syamsi minal masyriqi fakti bihaa minal maghribi fa buhital lazi kafaro wal loohu laa yahdiil qaumazh zhoolimiin”.
Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan).
Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan”.
Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat”.
Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim”.
Menurut Mujahid. “Ada empat orang raja yang pernah menguasai dunia dari Barat sampai ke Timur. Dua mukmin yaitu Sulaiman dan Zulqarnain dan dua kafir yaitu Namrudz dan Bukhtunassar (Bogetnesar).”
Namun yang terkait dengan kisah ayat di atas adalah kisah tentang Namrudz bin Kan’an, Raja Babilonia.
Cerita tersebut semasa Nabi Ibrahim as. Raja yang berkuasa waktu itu di Babilonia adalah Raja Namrudz yang terkenal sombong dan keras kepala. Apapun da’wah yang disampaikan Nabi Ibrahim kepadanya selalu ia tolak dengan pongahnya.
Suatu waktu terjadi perdebatan antara Raja Namrudz dengan Nabi Ibrahim dimana perdebatan tersebut menurut As-Saddi terjadi setelah Nabi Ibrahim keluar dari api yang tidak mempan membakar dirinya karena perintah Allah dalam surat al-Ambiya’, ayat 69; “Qulnaa, Yaa naaru kuunii bardan wa salaaman ‘alaa Ibrahim”
(Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim”).
Melihat kejadian yang luar biasa itu yaitu tidak terbakarnya tubuh Nabi Ibrahim oleh api, seharusnya menimbulkan kesadaran kepada Raja Namrudz bahwa da’wah yang disampaikan Nabi Ibrahim benar adanya dan betul datang dari Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa tapi karena gengsi kekuasaan menjadikannya sombong. Ia tidak percaya adanya Allah. Demikianlah sebahagian orang yang diberi kekuasaan tidak paham dan tidak sadar bahwa dengan kehendak Allah-lah sebenarnya ia menjadi Penguasa, diberi kerajaan atau pemerintahan.
Dalam ayat di atas, terjadi dialog antara Raja Namrudz dengan Nabi Ibrahim mengenai masalah Tuhan (Allah).
Nabi Ibrahim berkata: “Tuhanku (Allah) adalah Yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk”.
Namrudz menimpali perkataan Nabi Ibrahim, “Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan, yaitu jika dihadapkan kepadaku dua pesakitan (narapidana) yang harus dihukum mati. Lalu aku perintahkan supaya dibunuh salah satunya dan yang satunya aku lepaskan.
Sebenarnya jawaban raja itu berbeda dengan yang dimaksudkan Nabi Ibrahim tentang arti menghidupkan dan mematikan, tetapi dasar raja dungu, maka oleh Nabi Ibrahim langsung dijelaskan dalil (bukti) lain dari kekuasaan Allah, yaitu: “Allah menerbitkan matahari dari Timur, maka terbitkanlah oleh anda dari Barat. Jika anda merasa berkuasa, maka cobalah.”
Di sini raja itu menjadi bingung, terdiam dan tidak dapat berbuat apa-apa, benar-benar merasakan tidak dapat membantah bukti dan alasan yang dikemukakan Nabi Ibrahim as.

Pada Kisah lain, sebagaimana dituturkan oleh Zaid bin Aslam, yaitu pada suatu ketika disaat Raja Namrudz mengatur pembagian makanan untuk rakyatnya, dan orang-orang datang untuk membeli makanan ke sana. Nabi Ibrahim pun ikut antri untuk membeli bahan makanan. Disitulah perdebatan terjadi yang membuat raja Namrudz kedodoran, mati langkah dan kebingungan terhadap dalil mematikan yang diajukan Nabi Ibrahim as. Akibatnya Nabi Ibrahim tidak diberi bagian dan harus pulang ke rumah dengan karung yang masih kosong. Nabi Ibrahim lantas berusaha mengisi kedua karungnya dengan tanah, sambil berkata, “Untuk menghibur keluargaku”, dan ketika sampai di rumah kedua karung itu diletakkan di muka rumah, lalu masuk dan tidur. Kemudian isterinya, Sarah, bangun dan segera pergi ke tempat karung itu. Ketika dilihatnya, kedua karung itu penuh dengan makanan, sehingga kemudian iapun memasak makanan yang diambil dalam karung tersebut. Ketika Nabi Ibrahim bangun, ia mendapatkan makanan yang sudah masak dan ia pun bertanya, “Dari mana kamu mendapatkan makanan ini?’ Jawab isterinya, “Dari tepung yang engkau bawa itu” Ibrahim mengerti, bahwa itu semata-mata adalah rezki pemberian Allah.
Dalam kisah ini Nabi Ibrahim tidak berhasil menyadarkan atau menda’wahi raja Namrudz untuk beriman kepada Allah sehingga kembali Zaid bin Aslam menuturkan, bahwa kemudian Allah mengutus seorang Malaikat kepada raja Namrudz dan menyuruhnya beriman kepada Allah. Tetapi raja Namrudz menolaknya, hingga kedua dan ketiga kalinya.
Kemudian Namrudz disuruh mengumpulkan semua tentaranya pada keesokan hari ketika matahari terbit.
Allah lantas mengirimkan nyamuk sebanyak-banyaknya sehingga menutupi cahaya matahari dan menyuruh nyamuk itu menyerang tentara Namrudz, sekaligus memakan darah dan dagingnya sampai habis, hingga tinggal tulang belulangnya. Sedangkan terhadap raja Namrudz, Allah menyuruh seekor nyamuk untuk masuk dan tinggal di dalam hidungnya selama empat ratus tahun. Akibatnya, jika kepalanya sakit karena gangguan nyamuk itu, terpaksa kepalanya dipukuli dengan pentungan, yang mengakibatkan ia mati.
Allah menutup ayat 258 surat al-Baqarah ini dengan kalimat “Walloohu laa yahdiil qoumaz zhoolimuun” - (“Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim”).
Jadi, dapat dilihat disini, apabila seseorang penguasa mabuk kekuasaan dan telah berlaku dhalim, berprilaku semena-mena, sudah sampai di ambang batas dan tidak sanggup lagi manusia menyadarkan karena bebalnya dan ia merasa mempunyai kekuasaan yang sangat kuat maka disaat itulah Allah menghancurkan dengan menimpakan azab kepadanya.
Inilah fakta sejarah yang banyak diceritakan dalam al-Quran dan kata orang bijak, “sejarah terus akan berulang”, terbukti pada Raja Fir’aun, raja Mesir yang kala itu berhadapan dengan Nabi Musa as. akibat kesombongannya dan merasa sangat berkuasa, menerima azab dengan ditenggelamkan di lautan luas. Dan sejarah ini akan terus berulang sampai akhir zaman karena semakin maju ilmu pengetahuan manusia semakin canggih pula para penguasa zhalim merancang suatu rencana kelicikan dan kejahatannya.
Sebaliknya Penguasa atau pemerintah yang mendapat petunjuk karena mereka senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan menjalankan pemerintahan dengan adil dan bijak akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat yaitu pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah SWT.