Karya Resti Sintya Sari
Mahasiswa D3 Perpajakan FEB Uhamka
Pada tahun 2021, Kemendikbud
akan melanjutkan transformasi pendidikan dan pemajuan kebudayaan. Mendikbud
menjelaskan, “strategi transformasi yang begitu besar dan kerja yang tak kenal
henti mungkin disalahartikan sebagai tidak fokusnya upaya transformasi. Namun,
jika dipahami lebih dalam, semua yang dikerjakan Kemendikbud menyasar pada
pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Untuk itu, prioritas
Merdeka Belajar 2021 akan berfokus pada delapan prioritas. Salah satunya adalah
pembiayaan pendidikan diantaranya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kebijakan pemerintah ini
sudah tepat, tapi perlu usaha yang lebih optimal untuk memastikan bahwa
pembiayaan pendidikan berupa Kartu Indonesia Pintar ini tepat sasaran. Jangan
sampai penerima pembiayaan ini adalah orang yang mampu untuk membayar biaya
pendidikan nya sedangkan orang yang tidak mempunyai biaya malah terhambat
pendidikan nya.
Selain itu, pendidikan di
Indonesia kalah dengan negara-negara lain. Di jepang sendiri, pemerintahnya
lebih menekan kepada pendidikan karakter siswa nya bukan berfokus pada nilai.
Namun, kebijakan pendidikan Indonesia lebih mementingkan kurikulum nilai. Para
pelajar atau mahasiswa lebih takut mendapatkan nilai jelek dan tinggal kelas
sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Contohnya, menyontek, membuat jimat, dsb.
Kebijakan ini membuat
karakter para penerus bangsa memburuk. Padahal karaktek inilah yang sangat
penting dari pada nilai yang tertulis di kertas putih. Selain itu, skill atau
kemampuan yang masih rendah. Sehingga terbentuknya pengangguran baru. Hal ini
disebabkan oleh penanaman karakter dan kemampuan yang masih rendah. Bisa juga
dikatakan, pengangguran ini adalah akibat dari kebijakan pendidikan Indonesia
yang kurang tepat.
Apalagi adanya pandemi
Covid-19 mempengarui kebijakan pendidikan di Indonesia. Kemendikbud
melaksanakan program pembelajaran jarak jauh. Sebenarnya, hal ini memiliki
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, program ini membawa kemajuan
bagi teknologi di Indonesia karena para pelajar dan mahasiswa serta para
pendidik harus menggunakan media pembelajaran, seperti zoom. Sedangkan dampak
negatifnya yaitu pelajaran yang sulit dipahami dan ketika ujian malah
mempermudah para pelajar dan mahasiswa untuk berlaku curang seperti menyontek
atau menyalin jawaban dari google. Di sisi lain juga tidak memungkinkan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara langsung atau tatap muka.
Oleh karena itu,
sebaiknya pemerintah dan kemedikkbud merobak kebijakan di Indonesia. Walaupun
pemerintah dan kemendikbud sudah melaksanakan program untuk pemahaman dan
peningkatan skill atau kemampuan melalui pelatihan-pelatihan tapi belum
sepenuhnya maksimal. Hal yang perlu ditekankan lagi pada kebijakan pendidikan
di Indonesia adalah penanaman nilai-nilai karakter. Indonesia harusnya berkaca
dan belajar dari negara-negara lain yang pendidikan nya maju seperti negara
jepang. Tidak hanya pemerintah dan kemendikbud saja yang harus berusaha untuk
memajukan pendidikan Indonesia. Tapi juga diperlukan komponen seluruh
masyarakat khususnya para pelajar dan mahasiswa untuk bisa menanamkan
pendidikan karakter dalam dirinya bahwa itulah yang paling penting. Dengan
demikian, pendidikan Indonesia akan mengalami kemajuan.