Mahasiswa FKIP Uhamka
Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu,. 2017). Stress bisa terjadi pada siapa saja, tidak memandang umur, status, atau ketaatannya pada Tuhan. Usia anak, remaja, atau dewasa dapat merasakan stress atau gangguan pada tubuh dan pikirannya. Tidak berarti di usia muda, seorang anak atau remaja tetap menjalani kehidupannya dengan rasa menyenangkan. Bukan juga di usia tua akan semakin menikmati hidup. Tidak ada yang seperti itu, maka stress tidak memandang umur. Semakin kaya seseorang, gangguan pada pikiran akan menurun, semakin miskin seseorang, gangguan stress meningkat. Tidak ada yang seperti itu, status kaya dan miskin tetap merasakan gangguan pada pikiran, maka stress tidak memandang status. Terakhir adalah ketaatannya pada Tuhan. Semakin taat seseorang, semakin terhindar dari gangguan pikiran. Tidak juga seperti itu.
Stres sering kali dipicu oleh tekanan batin, seperti masalah dalam keluarga, hubungan sosial, patah hati, atau masalah keuangan. Selain itu, stres juga bisa dipicu oleh penyakit yang diderita. Memiliki anggota keluarga yang mudah mengalami stres, akan membuat orang tersebut juga lebih mudah mengalami stres. Setiap orang, termasuk anak-anak, pernah mengalami stres. Kondisi ini tidak selalu membawa efek buruk dan umumnya hanya bersifat sementara. Stres akan berakhir saat kondisi yang menyebabkan tekanan atau frustasi tersebut dilewati.
Gejala stress yang muncul saat seseorang mengalaminya berbeda-beda, tergantung penyebab dan cara mengatasinya. Gejala stress dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: gejala emosi, gejala fisik, gejala kognitif, dan gejala perilaku. Ada berbagai peristiwa yang dapat memicu seseorang saat menghadapi stress atau gangguan, seperti: bertengkar, tidak memiliki pekerjaan, atau tekanan pelajaran di sekolah.
Stress sulit untuk dihindari. Hal terpenting adalah tau cara mengatasi stress, karena jika stress terjadi berkepanjangan, dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang lain.
Bila seseorang tidak dapat mengatasi stress dengan baik pada dirinya sendiri, maka dibutuhkan orang lain untuk membantunya. Dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahlinya, yaitu seorang psikiater. Terlebih lagi jika stress yang dialami berulang dapat menimbulkan gejala pada fisiknya. Melalui sesi konseling, psikiater akan mencari tahu pemicunya, agar dapat ditentukan penanganannya. Setelah mengevaluasi masalah, kondisi mental, dan kondisi fisik pasien, psikiater akan menentukan tindakan penanganan yang sesuai. Fokus dari penanganan stres adalah untuk mengubah cara pandang dan respon penderita terhadap situasi yang menjadi penyebab stres.
Metode penanganan stres mencakup perubahan gaya hidup, teknik relaksasi, serta psikoterapi. Berolahraga secara teratur, menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna, meditasi, yoga, tidur yang cukup, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan adalah salah satu dari seribu cara untuk mengatasi gangguan pikiran atau biasa disebut stress. Dalam psikoterapi, psikiater akan mencoba untuk menanamkan kepada penderita untuk selalu memiliki pandangan yang positif dalam segala kondisi. Untuk itu jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater jika merasa mengalami stress yang berkepanjangan dan tidak bisa mengatasinya sendiri.
Lebih baik mencegah daripada mengobati adalah salah satu ungkapan yang tepat untuk menghindari gangguan pikiran. Caranya seperti apa saja? Menerapkan gaya hidup sehat, lakukan aktivitas yang disukai di waktu luang, komunikasi dengan orang terdekat, dan mencintai diri sendiri. Jika bisa mencintai diri sendiri, akan lebih mudah menerima segala hal yang terjadi dan dapat mencintai orang lain. Karena kita hidup untuk diri sendiri, kita butuh diri sendiri. Jika diri sendiri saja pergi, pada siapa kita akan bergantung?