(Aulia Rahma Putri/Mahasiwa Perpajakan FEB UHAMKA)
Kabarpendidikan.id Pandemi COVID-19 adalah kejadian menyebarnya virus korona yang terjadi di seluruh dunia. Wabah COVID-19 pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019. Pada tanggal 11 Maret 2020 penyebaran virus korona ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization). Dengan ditetapkannya sebagai pandemi, banyak perubahan dan dampak yang terjadi di seluruh dunia.
Pandemi COVID-19 menimbulkan dampak dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek pendidikan. Sistem pendidikan yang awalnya tatap muka secara langsung berubah menjadi tatap muka secara maya atau virtual. Lazimnya siswa akan pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu. Namun karena adanya pandemi ini, siswa diharuskan menuntut ilmu secara virtual melalui youtube, whatsapp, zoom, google meet ataupun aplikasi pembelajaran lainnya.
Pembelajaran virtual memberikan kendala yang tidak sedikit bagi siswa, terlebih lagi siswa SD. Pembelajaran virtual mengharuskan siswa memiliki perangkat elektronik yang dapat digunakan untuk mengakses materi dan juga kuota yang cukup banyak. Meskipun pemerintah memberikan kuota gratis, tetapi ada beberapa media pembelajaran yang tidak dapat diakses.
Pembelajaran virtual juga membuat siswa kesulitan untuk mencerna materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terjadi karena mereka hanya mendengarkan materi melalui video ataupun melihat gambar saja, bukan melalui penjelasan langsung oleh guru di dalam kelas.Selain kesulitan mencerna materi, pembelajaran virtual kerap kali menimbulkan rasa malas siswa untuk belajar. Siswa cenderung cepat bosan saat mendengarkan video pemaparan materi.Dibandingkan dengan menonton materi siswa lebih suka bermain. Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam pembelajaran virtual. Baik dalam hal membantu memaparkan materi maupun mengawasi jalannya pembelajaran.
