Kabarpendidikan.id Sebagai upaya mengenal Buya HAMKA lebih dekat lagi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka adakan diskusi secara daring melalui media Zoom Meeting dengan membedah karya Buya Hamka yaitu buku berjudul Merantau Ke Deli yang yang hingga kini masih eksis bahkan telah di cetak ulang berkali-kali.
Desvian Bandarsyah selaku Dekan FKIP Uhamka menuturkan apresiasi dan rasa sykur akan terselenggara acara ini. Bahwasanya ia mengungkapkan, “kita patut bersykur akan acara bedah buku ini, yang diselenggarakan oleh bidang IV FKIP UHAMKA bersama Pa Izza Rohman dan yang paling bersyukur lagi bahwa kajian ini menyangkut tokoh utama ataupun legendaris dari gerakan-gerakan keislaman yaitu Buya Hamka,” ujarnya.
Buku Merau Ke Deli ini di buat karena HAMKA pernah bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 M. di perkebunan Tebing Tinggi yang merupakan dari tanah Deli yaitu tempat perkebunan yang merupakan awal cerita dari buku ini.
Buku Merantau Ke Deli ini di bahas dengan tegas dan tergambar dengan jelas saat di bedah oleh Sayonara Siregar selaku Tokoh Muhammadiyah. Dalam pembahasannya, Soyonara mengawali sekilas tentang karakteristik yang begitu tegas terhadap penulis buku yaitu HAMKA yang kuat akan pendiriannya.
Sayonara Siregar mengungkapkan, “karya Hamka merupakan karya sastra yang bernuansa religi, bukan bernuansa gelora cinta birahi. Akan tetapi, kisah cinta yang lahir dan tumbuh dari hati yang murni yang diharapkan berujung pada cita-cita yang suci. Sebab setiap kata Hamka dalam surat, ia bagai fatwa pujangga,” ungkapnya.
Hal ini dipertegas oleh Desvian dalam sambutannya bahwa, “Buku Buya Hamka berjudul Merantau Ke Deli ini merupakan karya sastra beliau yang sarat dengan nilai-nilai, sebagaimana dengan karya sastra yang lain yaitu yang sarat dengan ujaran-ujaran, pandangan-pandangan keagamaan, serta prinsip-prinsip yang kokoh, bahkan yang demikian,”ungkapnya dalam sambutan.
Dalam membedah buku ini, mengkisahkan tokoh utama Poniyem dan Leman. Poniyem merupakan perempuan Jawa yang harus rela hidup sebagai istri simpanan dari seorang tuan tanah di sebuah perkebunan di Deli dan Leman seorang pemuda dari Minangkabau yang penuh keyakinan dan optimis di tanah perantauan untuk setia, loyal, dan percaya kepada sanak familinya.