Laela Dian Permani/ Mahasiswa Uhamka
Kabarpendidikan.id Indonesia dan negara lainnya sedang melawan virus corona dari awal bulan Maret 2020 sampai sekarang. Banyak sekali yang terkena dampak dari wabah ini mulai dari perekonomian negara, warga kecil maupun warga yang sudah berkecukupan juga merasakan dampaknya termasuk dunia pendidikan. Kebijakan yang diberlakukan pemerintah untuk dunia pendidikan adalah peserta didik wajib belajar di rumah baik dari jenjang PAUD/TK sampai dengan Perguruan Tinggi namun bukan berarti di liburkan tetapi pendidikan masih berjalan melaui proses daring. Siswa belajar di rumah yang pada awalnya hanya berlaku 14 hari namun melihat kondisi Covid-19 semakin naik membuat pemerintah untuk memperpanjang proses elajar di rumah untuk dunia pendidikan.
Pengaruh
Covid-19 ini membuat dampak posistif dan negatif bagi dunia pendidikan. Dampak
posistif dari wabah ini yaitu teknologi informasi dan komunikasi menjadi lebih
berkembang saat digunakan untuk proses pembelajaran di rumah. Dengan melakukan
belajar secara virtual ini ada banyak informasi dan teknologi baru yang belum
ditemui dan digunakan sebelumnya, misalnya pada saat kegiatam belajar
berlangsung kita bia menggunakan aplikasi Zoom Meeting, Google Meeting dan
segala jenis aplikasi lainnya yang bisa menggantikan belajar tatap muka selama
wabah virus ini. Selain itu dengan siswa belajar di rumah dapat memperat
hubungan keluarga dan akan lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang di
rumah yang mungkin selama belajar tatap muka ada siswa yang jarang merasakan
hal itu khususnya bagi siswa/mahasiswa yang merantau. Masyarakat semakin sadar
begitu pentingnya kesehatan dan banyak masyarakat yang sudah menerapkan pola
hidup sehat agar terhindar dari virus corona.
Dampak negatif
dari wabah virus corona bagi dunia pendidikan adalah masih banyak guru yang belum menggunakan teknologi dalam memberikan
materi pembelajaran sampai dengan penugasan akhir. Apalagi selama ini masih
banyak guru yang menggunakan cara tradisional dalam pembelajaran tatap muka
sehingga kurang bersentuhan dengan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi. Di wilayah daerah juga masih banyak siswa yang
tidak memiliki smartphone untuk melakukan pembelajaran secara online, ditambah
lagi dengan keterbatasan ekonomi yang sulit dengan adanya wabah virus corona
ini. Belajar di rumah ini membuat siswa kurang berinteraksi dengan guru/dosen
pada saat pembelajaran berlangsung. Banyak juga siswa yang terancam putus sekolahnya
karena tidak mampu lagi membeli paket internet untuk belajar online dan
terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Siswa berisiko kehilangan
pembelajaran atau learning loss karena kegiatan belajar tatap muka di kelas
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik daripada pembelajaran jaraj
jauh.
Tidak
ada alasan bagi guru dan siswa yang merasa bekerja/ belajar di rumah menjadi
hambatan dan bermalas-malasan sebab belum dapat dipastikan kapan covid-19 akan
berakhir. Indonesia saat ini sedang berada pada tahap melawan
covid-19. Bisa jadi pembelajaran di rumah akan terus berlangsung hingga
beberapa bulan ke depan. Oleh karena itu para guru harus semakin mengembangkan
kompetensi dirinya melalui pembelajaran daring, membuat pembelajaran daring
yang menyenangkan serta mampu mengasah berpikir kritis siswa (Critical Thinking). Siswa juga harus memiliki
peran dalam mengembangkan proses pemebelajaran jarak jauh agar semuanya
berjalan dengan baik dan tidak ada yang merasa di rugikan.