Kabarpendidikan.id Seperti yang sudah kita ketahui wabah covid-19 ini sangatlah berbahaya bagi manusia. Awal dari pandemik covid-19 ini seluruh pendidikan di Indonesia di liburkan selama 2 minggu tetapi libur itu terus berlanjut dikarenakan penyebaran covid-19 yang semakin meluas sampai sekarang ini. Dan di buatkan belajar daring atau online.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar pada pendidikan di Indonesia, rapat koordinasi dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim bersama Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian dengan seluruh kepala daerah untuk memastikan kebijakan pembelajaran di masa Pandemi Covid-19 terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran daring adalah salah satu model pembelajaran yang dilakukan pada masa pandemi, karena dalam prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan para peserta didik, para pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemi.
Bukan hanya di DKI Jakarta yang terkena dampak pembelajaran daring ini, tetapi di seluruh Indonesia. Para murid harus mencari cara demi mendapatkan pembelajaran di sekolah dengan cara mencari ponsel dan sinyal internet. Di tempat lain, ada keluarga-keluarga yang tak punya ponsel sama sekali; ada juga yang bergantian memakai satu ponsel milik orangtuanya dan sekalipun mudah mendapatkan akses internet dan punya ponsel, banyak keluarga yang kerepotan membeli kuota, di saat ekonomi keluarga tergulung pagebluk karena dampak pandemi covid-19. Apalagi bagi murid yang tinggal di pelosok-pelosok desa yang masih susah sinyal dan tidak mempunyai ponsel.
Tidak hanya itu, Adanya pembelajaran daring ini membuat dilema tersendiri bagi orang-orang yang menjalankannya, bagi para siswa, guru, terutama bagi orang tua yang harus mendampingi anak-anaknya belajar, terlebih lagi orang tua yang memiliki lebih dari satu orang anak. Tak jarang orang tua banyak yang mengeluh dan merasa kewalahan akan pembelajaran daring. Anak-anak tentunya membutuhkan pendampingan dalam belajar, mereka harus melaksanakan berbagai macam tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu yang telah ditentukan.
Guru dalam pembelajaran daring ini juga mempunyai dilema tersendiri, yakni sulitnya mengukur pencapaian pembelajaran karena antara materi yang satu dengan yang lainnya. Terkadang ada diantara peserta didik yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan kalaupun ada menyelesaikan tentunya sulit memastikan apakah itu hasil kerjaan anak atau hasil kerja orang lain, dalam hal ini tentu orang tua.
Pembelajaran daring juga dapat berdampak negatif bagi fisik murid, yaitu dapat menyebabkan mata sakit akibat terlalu lama di depan layar ponsel, kurang masuknya pelajaran ke otak, tugas terlalu banyak, kurangnya bersosialisasi sesama teman, dan lain sebagainya.
Maka dari itu sampai kapan kita belajar daring? Pertanyaan seperti itu wajib kita tanyakan kepada Pemerintah, dan tugas kita hanya mencegah penyebaran covid-19 dan berdoa bersama-sama supaya pandemi covid-19 ini cepat berlalu.
( Fabiola Estiningtyas/ mahasiswa pendidikan matematika/ UHAMKA)