Kabarpendidikan.id Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka atau dikenal juga dengan sebutan UHAMKA merupakan salah satu agen penggerak pendidikan yang tidak henti-hentinya berperan ditengah masyarakat walaupun dalam situasi pendemi covid-19 saat ini, hal ini dilakukan atas dasar salah satu catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah yakni menggencarkan Pendidikan/Pengajaran sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pergerakan dibidang Pendidikan menjadi salah satu fokus utamanya dalam situasi serta kondisi apapun.
Oleh karena itu salah satu agenda rutin yang mencakup catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah yakni kegiatan Kuliah Kerja Sosial (KKS) tetap dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi. Wakil DEKAN I FAI UHAMKA Ai Fatimah Nur Fuad, P.hD saat memberikan arahan kegiatan KKS melalui zoom meeting mengatakan bahwa "KKS dimasa pendemi covid-19 ini dilakukan di domisili terdekat mahasiswa."
karena situasi pandemi covid-19 saat ini, Kegiatan KKS yang biasanya kita lakukan diluar kota, kini mahasiswa akan dibebaskan untuk memilih mitra didomisili terdekat tempat tinggal Ujar Ai Fatimah Nur Fuad
Inilah yang dilakukan tiga mahasiswa UHAMKA dari Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam, Mohammad Fahmi Rahman, Abdul Aziz Muslim, dan Rahmat Bukhari Musthafa yang saat ini tengah menjalankan proses Kuliah Kerja Sosial (KKS) sebagai bentuk implementasi dari catur dharma perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai agen Pendidikan/pengajaran. Kegiatan KKS yang berlokasi di Masjid Jami Al-Hurriyah tepatnya Jl. B No.8, RT.2/RW.2, Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dipilih sebagai lokasi kegiatan KKS berdasarkan kedekatan domisili. Dalam menjalankan kegiatan KKS di Masjid Jami Al-Hurriyah tentunya mengikuti arahan untuk selalu taat protokol kesehatan sebagaimana pesan Dekan FAI UHAMKA, Fitri Liza M, Pd agar selalu patuh protokol kesehatan. "Dalam melakukan kegiatan KKS ini tentunya harus tetap taat dengan protokol kesehatan", ujar Fitri Liza
Pada pelaksanaan KKS di Masjid Jami Al-Hurriyah yang dilaksanakan terhitung mulai tanggal 10 Februari sampai 3 Maret, setiap hari senin-rabu mulai dari jam 13:00 WIB sampai 17:00 WIB ini dijalankan tiga program yang bertujuan untuk membantu anak-anak masjid dan TPA dalam melakukan proses pembelajaran dalam menulis huruf arab, tajwid dan membaca Al-Quran. Adapun tiga program tersebut adalah pelatihan menulis bahasa arab/IMLA dan Hiwar, menulis huruf hijaiyah sambung, serta tahsinul Quran, dari dilaksanakannya tiga program tersebut diharapkan anak-anak majid dan TPA bisa lebih cepat memahami juga mengerti seputar penulisan huruf Bahasa arab yang benar dan cara membaca Al-Quran berikut makhraj serta tajwidnya.
Program Pelatihan Bahasa Arab Dasar/IMLA dan Hiwar
Program Menulis Bahasa Arab Dasar atau biasa yang kita sering sebut IMLA, dijalankan pada setiap hari senin sampai dengan rabu pada pukul 12:30 WIB sampai pukul 14:00 WIB, dijalankan oleh Abdul Aziz Muslim yang sekaligus menjadi wakil tim bagian Pendidikan Masjid Jami Al Hurriyah yang diketuai Ust. Ali Masum, program ini didirikan bersama lembaga masjid dalam bidang pendidikan disatukan dengan program menulis bahasa arab tunggal juga sambung. Program ini berbeda dengan program bahasa arab menulis huruf tunggal ataupun sambung, jika ingin menuju program bahasa arab dasar tersebut harus diawali dengan pengenalan program bahasa arab huruf tunggal juga sambung, sehingga mereka bisa mengetahui awal dasar huruf tunggal dari segi pengucapan dan tempat keluarnya makhraj huruf untuk mencapai program bahasa arab dasar atau dikte IMLA.
Hal ini disebutkan oleh ketua tim pendidikan Masjid JamiAl Hurriyah Ust.Ali Masum bahwa step awal untuk mencapai program bahasa arab dasar atau dikte IMLA, anak harus melewati pengenalan huruf tunggal serta cara menyambung huruf tunggal, pada saat pelatihan bahasa arab huruf tunggal para peserta dituntut mengenal pengucapan tempat keluarnya huruf terlebih dahulu baru disuruh menulis huruf tunggal tersebut. Kemudian pada saat sudah sampai tahap menulis huruf sambung hijaiyah, para peserta dituntut kembali untuk membuka buku agar dalam pengucapan kalimat huruf sambung yang sudah tertera bisa sesuai apa yang ada dibuku, bila terdapat kesalahan dalam pengucapan tempat pengeluaran makhraj huruf, maka siswa mengulang kembali sampai makhraj huruf yang disebutkan benar. Kemudian setelah sudah benar dan mereka telah bisa menulis huruf sambung tunggal yang sesuai dengan kaidah penulisan, sekarang dilanjutkan menulis huruf sambung dan tahapan IMLA.
Pada step metode bahasa arab dasar atau dikte IMLA siswa dikenalkan kaidah huruf bahasa arab atas huruf yang bisa disambung dan yang tidak bisa, setelah itu dilanjutkan huruf kaidah bahasa arab nahwu dan shorf seperti mudhof ilahi, naat wa manut, alif lam syamsiah, alif lam qomariyah, jar majrur dan lain sebagainya. Oleh sebab itu dengan metode IMLA anak tidak hanya bisa membedakan tempat keluarnya huruf tetapi juga dilatih untuk berfikir dan menerima materi baru yang telah disebutkan diatas sebelum di praktekan dalam pendiktean IMLA, setelah melewati 3 pertemuan setiap minggunya, kemudian diakhir bulan anak akan dilatih dengan pendiktean IMLA, lalu 2 minggu selanjutnya diajarkan materi baru lagi.
Setelah mereka bisa menulis dari dikte IMLA sampai semua materi usai, anak akan kembali diuji pada praktek pendiktean seluruh materi IMLA, dari sini pengajar bisa mengetahui kekurangan pesertanya baik dari segi materi imla maupun penyebutan huruf. Setelah bisa menulis dari dikte IMLA dengan baik, selanjutnya naik ketingkat metode hiwar atau yang disebut muhadatsah arabiah. Namun untuk saat ini bagian tim pendidikan masjid belum bisa menampilan metode hiwar tersebut, karena baru 2 anak yang dinyatakan lulus dari metode pendiktean IMLA ini, tim pendidikan masjid mempunyai target untuk membuka metode HIwar jikalau sudah banyak anak yang lulus.
Adapun, kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan pelatihan menulis huruf tunggal hijaiyah dan menulis huruf sambung hijaiyah di Masjid lantai 2, namun setiap kelas dibedakan berdasarkan kategori kemampuan peserta juga gurunya, sebagai mana Umar bin Khattab berkata:
Pelajarilah bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab itu termasuk bagian dari agama kalian
Program MHS (Menulis Huruf Hijaiyah Sambung) yang dipegang oleh Mohammad Fahmi Rahman dilakukan setiap hari Senin, Selasa dan Rabu untuk waktu pembelajrannya dimulai pukul 13.00-14.00 WIB. Program ini dilaksanakan di TPA Al-Kautsar. Target sasaran pada program MHS (Menulis Huruf Hijaiyah Sambung) ini adalah anak-anak usia dini. Rentang kelasnya mulai dari tingkat PAUD sampai tingakat kelas 3 SD. Teknis dalam program ini peserta didik diberikan buku bahan ajar MHS (Menulis Huruf Hijaiyah Sambung) perindividu mereka mendapatkan 2 buku bahan ajar. Didalam buku bahan ajar tersebut berisikan kaidah-kaidah menulis huruf hijaiyah sambung. Pada program ini tidak lepas dari mentoring untuk mengevaluasi hasil pencapaian peserta didik. setelah dievaluasi kemudian diadakan penilaian untuk mengukur apakah si peserta didik dapat melanjutkan ketahap penulisan kaidah selanjutnya apa tidak.
Dalam praktik lapangan yang terjadi pada saat KKS berlangsung memang ada beberapa peserta didik yang masih kurang baik dalam penulisan huruf sambungnya. Terlepas dari mereka sangat antusias sekali mengikut program kegiatan ini.
Senada dengan hal itu ada sebuah ungkapan dalam Mahfudzat seperti ini Man Jadda wa Jada yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan dapat yang dituju. Semoga dengan mereka sangat antusias dalam belajar menulis quran Allah Swt catatkan setiap dari goresan penanya pahala kebaikan Amin..
Progam Tahsinul Quran
Program tahsinul Quran yang dilakukan setiap hari selasa dan rabu pada pukul 16:00 sampai dengan pukul 17:30, program ini dijalankan dibawah naungan TPA AL-Kautsar yang berlokasi di Masjid Jami Al-Hurriyah. Program Tahsinul Quran diketuai oleh Rahmat Bukhari Musthafa berfokus pada anak-anak TPA Al-Kautsar mulai dari Iqra sampai dengan Al-Quran, bagi anak-anak yang masih Iqra maka dibimbing dan difokuskan pada penyebutan huruf hijaiyah sesuai makhrajnya agar bisa diucapkan secara tepat dan benar. Sedangkan untuk anak-anak yang sudah sampai untuk membaca Al-Quran maka akan di bimbing satu-persatu untuk membaca Al-Quran dengan memperhatikan penyebutan sesuai makhraj disertai hukum-hukum tajwidnya. Untuk tajwid yang diperhatikan dalam setiap pertemuannya adalah berbagai hukum mad, nun sukun/tanwin, mim sukun, gunnah, hukum alif-lam Qomariyah dan Syamsiyah, dan lain sebagainya menjadi fokus dari progam tahsinul Quran ini.
Memang dalam mengajarkan tahsin Al-Quran terdapat anak yang cepat dalam menangkap apa yang diajarkan, sehingga sekali tahu langsung diterapkan, namun adapula yang harus dengan sabar dibimbing dan diberikan contoh beberapa kali baru bisa faham.
"Anak-anak sekarang bukan seperti anak yang zaman dulu, kalau dulu diajarkan sekali sudah bisa cepat faham dan mengerti, namun anak sekarang diajarkan hukum tajwid sekarang, besoknya lupa," ujar ustad Syukri seusai mengajar anak TPA Al-Kautsar.
Dalam menghadapi anak yang kurang cepat dalam menangkap apa yang diajarkan, salah satu Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universtas Prof. Dr. HAMKA, Rahmat Bukhari menuturkan bahwa harus dibimbing dengan penuh kesabaran dan tentunya juga dengan cara yang menyenangkan, terus memberikan suport serta tidak memojokan perasaan anak tersebut,.
"Itu semua dilakukan agar anak lebih bisa bersemangat serta berusaha giat dalam memamahi apa yang diajarkan, hasilnya anak bisa mengikuti dan memahami yang sudah diajarkan dengan diiringi hati yang terbuka," ujar Rahmat Bukhari.